Info Unit

Info Unit News

FLASH NEWS

Bedah Buku: Diplomat Kesasar

Menlu Retno Marsudi Sebut Eddy Pratomo Sosok Diplomat Langka

Profesi diplomat menuntut pelakunya tak berhenti belajar dan terus memperbarui diri. Tidak mengenal titik karena semuanya masih koma. “Hal itulah yang dicontohkan oleh Dubes Eddy Pratomo, sosok diplomat langka yang tak pernah lelah untuk terus bersekolah,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi saat memberikan pengantar dalam peluncuran buku autobiografi Diplomat Kesasar karya Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman (2009 – 2013) Prof. Dr. Eddy Pratomo, SH, MA yang digelar secara virtual, Rabu, 21 Oktober 2020. Buku Diplomat Kesasar diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo, disunting oleh Nanang Junaedi. Peluncuran buku ditandai dengan penyerahan buku dari penerbit kepada penulis.

Menurut Menlu Retno, selain tekun belajar hingga meraih gelar doktor dan dikukuhkan sebagai guru besar hukum internasional, ada hal lain yang perlu dijadikan pembelajaran dari sosok Eddy Pratomo, yakni “karier nonformal” yang ia tekuni, terutama setelah purnatugas dari Kementerian Luar Negeri. Selain mengajar di sejumlah kampus, Eddy juga aktif sebagai konsultan hukum di berbagai perusahaan dan perbankan nasional serta menjadi pelaku usaha. Mulai dari alat kesehatan, pertambangan, hingga barang rongsokan, demikian komentar Dr. Hassan Wirajuda (Menteri Luar Negeri RI periode 2004–2014). “Autobiografi ini menarik dibaca karena tidak hanya menampilkan ‘karier formal’ Mas Eddy sebagai diplomat. Lebih jauh, buku ini juga menyajikan estafet perjalanan hidup beliau yang patut diteladani,” kata Retno, yang mengaku telah mengenal Eddy Pratomo sejak 25 tahun lalu.

whatsapp image 2020 10 23 at 09 59 55

Dubes Eddy Pratomo menjelaskan autobiografinya memang tidak melulu bercerita tentang perjalanan karier diplomat yang ia tekuni selama 32 tahun. Ia mula-mula mengajak pembaca mengembara ke era 1965–1966 dengan latar kampung halamannya di Kendal, Jawa Tengah. “Banyak memori pribadi yang sangat membekas, terutama dipicu oleh sengkarut perpolitikan Tanah Air pada masa itu,” ujarnya.

Lantas, kenapa Diplomat Kesasar? Menurut Eddy, kehidupan pribadinya memang sarat diwarnai cerita kesasar. Setelah menamatkan pendidikan guru agama tingkat pertama di Kendal, ia melanjutkan sekolah calon penghulu di Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) Yogyakarta. “Batal jadi naib, saya malah terdampar jadi mandor perusahaan kayu di pedalaman hutan Kalimantan, sebelum akhirnya ‘kesasar’ masuk Kemenlu,” tuturnya.

Karier panjang Eddy Pratomo sebagai diplomat di New York, Jenewa, London, dan Berlin silih berganti dengan penugasan di birokrasi. Di antaranya sebagai Dirjen Hukum Perjanjian Internasional Kemenlu, Staf Khusus Ketua DPR RI, serta Utusan Khusus Presiden untuk Penetapan Batas Maritim antara Republik Indonesia dan Malaysia (2015–2018).

Di ranah akademik dan dunia usaha, Eddy bahkan kesasar ke mana-mana. “Tanpa bermaksud sok-sokan, tidak banyak duta besar yang menjadi guru besar, sekaligus produsen alat kesehatan, berbisnis barang rongsokan hingga pertambangan,” ujar bapak tiga anak ini. Selepas pensiun dari Kemenlu, Eddy bahkan masih kesasar menjadi birokrat kampus usai terpilih sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Mei lalu. Saat ini Eddy Pratomo juga masih mengemban amanah sebagai Staf Ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan bidang Penganggulangan Illegal Fishing dan Staf Ahli Kemenlu bidang Perundingan Batas Maritim antara Indonesia dengan Negara Tetangga.

whatsapp image 2020 10 23 at 09 53 31

Peluncuran buku Diplomat Kesasar sekaligus menandai peringatan Dies Natalis Universitas Pancasila ke-54. Bedah buku menghadirkan empat pembahas dari berbagai perspektif, yaitu Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Kemenlu Damos D. Agusman, Dirjen Administrasi Hukum Umum Kemenkumham Cahyo Muzhar, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Didi Sumedi, dan Inspektur Jenderal Kemenlu Ibnu Wahyutomo, dipandu oleh Dubes Mulya Wirana sebagai moderator. Jajaran pimpinan Universitas Pancasila turut memberikan testimoni, antara lain Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (YPPUP) Dr. (HC). Ir. Siswono Yudo Husodo, Ketua Pengurus YPPUP Prof. D. Eddie Toet Hendratno, S.H., M.Si, dan Apt. Rektor Universitas Pancasila Prof. Dr. Wahono Sumaryono. (*)

whatsapp image 2020 10 23 at 10 00 30