Insight Kognisi

>

Trivial

Trivial

Optimalisasi Peluang Karier Profesional di Masa Adaptasi Baru

SULYANA ANDIKKO

HR Expertise Specialist - Dipublikasikan

Dalam berkarier di masa adaptasi yang penuh ketidakpastian ini, tidak dapat dimungkiri bahwa tantangan untuk mencapai peluang karier profesional meningkat. Namun, bukan berarti kita harus menjadi pesimis dan mengorbankan impian yang kita miliki. Melalui webinar bertema “Kickstart Your Professional Career in the New Normal” yang diadakan oleh Kognisi pada 2 Oktober 2020 lalu dengan jumlah peserta lebih dari 150 orang, Professional Sales Trainer & Motivator Astra International Ongki Wijaya membagikan strategi menjadi “luar biasa” dalam berkarier di dunia professional.  

Ongki mengawali sesi dengan menceritakan secara singkat perkembangan karier yang sudah digelutinya selama lebih dari lima belas tahun di perusahaan Astra International. Dalam perjalanan kariernya, ia memegang teguh prinsip, “Jangan mau menjadi orang yang biasa-biasa saja, karena menjadi yang biasa-biasa saja itu menyebalkan.”

Dari situ, ia memaparkan dua pilihan utama, yaitu profesional atau amatir. Jika ingin bekerja secara profesional, kita harus siap akan tantangan yang semakin besar di masa mendatang. Berbeda dengan menjadi amatir yang cenderung mengikuti arus atau telah memiliki keterikatan pada satu tempat. Namun, bukan berarti amatir bukan pilihan yang baik, hanya saja profesional dinilai lebih banyak menawarkan perkembangan karier. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bagi orang yang sebelumnya memilih pilihan amatir untuk berpindah ke profesional, dan sebaliknya.    
Segmen utama dalam karier profesional
Ketika memilih untuk bekerja profesional, berdasarkan perbandingan tingkat kesulitan dan interaksi antar pekerja, ada empat elemen utama yang dapat dipertimbangkan untuk memaksimalkan peluang kerja yang ada. Pilihan pertama adalah pegawai profesional (PP) yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, sehingga individu yang memilih elemen ini lebih melihat tantangan sebagai insentif atau peluang promosi di lingkungan kerjanya, karena mereka dibayar berdasarkan keahliannya. 

“Mereka harus berperilaku sesuai dengan filosofi dan budaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam aspek laba, kepemilikan di pasar, pertumbuhan, biaya, kualitas, dan lainnya,” tambah Ongki. 

Kemudian, pilihan kedua adalah wiraswasta profesional (WP) yang membentuk usahanya pribadi, sehingga dananya cenderung terbatas. Dalam bekerja, mereka tidak hanya perlu bekerja keras dalam mengembangkan usaha dan melihat peluang di masa mendatang, tetapi juga dituntut untuk bersosialisasi dengan relasi eksternal, seperti pemodal maupun afiliasi bisnis. Berbeda dengan pilihan sebelumnya yang memperoleh keuntungan melalui gaji dan kompensasi, wiraswasta memperoleh keuntungan melalui laba usahanya.

Pilihan berikutnya adalah sosial profesional (SP) yang biasanya menjembatani pihak yang membutuhkan dana dengan pihak penyedia dana, sehingga perlu dibuat sistem yang berkesinambungan. Mereka tidak dapat berjalan sendiri dan biasanya orang yang memilih tipe ini cenderung memiliki ketergantungan yang tinggi dengan pihak lain. Selain keuntungan bagi hasil yang dapat diperoleh dari pilihan ini, pekerja juga dapat memperoleh kepuasan batin karena adanya nilai sosial dalam usaha yang digelutinya. 

Terakhir adalah mandiri profesional yang bekerja secara individu untuk memenuhi kebutuhan klien secara spesifik dan dibayar dalam bentuk tarif atau komisi (fee). Sehingga, semakin banyak pengalaman yang dimilikinya, semakin baik. Keterampilan non-teknis (soft skills) seperti persuasi dan negosiasi juga diperlukan. “Mereka bisa dikatakan sebagai pemain aman, misalnya seorang broker. Semakin besar keuntungan yang diperoleh broker, mereka perlu meningkatkan profesionalitasnya,” tambah Ongki sebagai penganut pilihan ini.


Prinsip 3M dalam profesionalitas
Pria yang memulai kariernya sebagai sales ini menggarisbawahi tiga hal penting untuk menjadi profesional dalam bidang mana pun yang dirangkum dalam prinsip 3M. Pertama, Mampu, setiap individu harus ahli pada bidangnya dengan mengasah keterampilan sesuai bidangnya. “Kalau belajar dari orang lain, terkadang mereka tidak mau memberitahukannya, jadi dapat dicoba dengan belajar sendiri dan menambah pengalaman yang dimiliki,” papar Ongki. 

Berikutnya, Mau, yaitu melaksanakan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan maksimal dengan prinsip kerja 4S, yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Prinsip terakhir adalah minat. Menurut Ongki, “Dengan adanya minat, seseorang dapat melihat peluang kerja yang bagus dan tidak akan merasa bosan untuk kerja di bagian tertentu dalam waktu yang lama, seperti yang saya alami saat bekerja selama 16 tahun.”

Sebelum mengakhiri sesi webinarnya, Ongki juga berpesan kepada mereka yang ingin melamar kerja di perusahaan besar untuk membuat branding yang baik, terutama dari media sosial. “Buatlah kesan baik untuk perusahaan yang ingin mewawancarai Anda dan penting untuk menunjukkan siapakah dirimu dengan jelas. Jika sudah melakukan semuanya, jangan lupa untuk berdoa,” tutupnya.

Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane! (*)

Penulis: Helen Adriana Wijaya  | Editor: Sulyana Andikko | Ilustrator: Elvira Tantri