Udara pernapasan bisa menjadi media penularan berbagai penyakit. Hal ini hangat diperbincangkan ketika pandemi COVID-19 terjadi. Sebenarnya penularan penyakit melalui udara seperti batuk pilek (common cold), influenza, batuk rejan (pertusis), cacar air, campak, TBC, gondongan,difteri, dan lainnya sudah lama dikenal tetapi kurang mendapat perhatian.
Ketika seseorang (penderita penyakit menular melalui udara pernapasan) berbicara, berteriak, bernyanyi, batuk, bersin, bernapas, maka mikroorganisme penyebab sakit (bisa berupa virus, bakteri, jamur, dan lainnya) akan ‘menumpang’ di percikan ludah yang keluar. Mikroorganisme ini bersama percikan ludah akan ‘berkelana’ dan terhirup oleh orang lain. Atau menempel di permukaan benda dan ketika orang menyentuh benda itu, lalu menyentuh hidung dan mulutnya, maka mikroorganisme tersebut akan masuk dan berpotensi menyebabkan penyakit.
Apakah setelah kita ‘kemasukan’ mikroorganisme pasti akan sakit?
Jawaban sederhananya adalah belum tentu.
Untuk menjadi sakit atau tetap sehat, ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Daya tahan tubuh
Tubuh mempunyai mekanisme untuk melawan berbagai mikroorganisme penyebab sakit yang sering disebut dengan patogen, yang terbawa masuk tubuh, melalui kontak langsung, udara pernapasan, makanan, dan sebagainya. Jika daya tahan tubuh alias sistem imunitas bekerja dengan baik, maka walaupun patogen masuk, tetapi tidak sampai menyebabkan penyakit.
Sistem imunitas dapat dijaga dengan cara makan yang bergizi lengkap seimbang, rutin olahraga, cukup tidur, tidak merokok, dan pengelolaan stres.
Daya tahan tubuh dapat menurun, misalnya menderita penyakit kronis, menderita penyakit gangguan imun, konsumsi obat penekan imun tubuh, dan sebagainya.
2. Jumlah dan keganasan patogen yang masuk
Tubuh akan tetap sehat jika patogen yang masuk hanya sedikit dan atau tidak ganas.
Jumlah patogen yang masuk dapat dikurangi dengan cara :
- menghindari kontak atau berdekatan dengan orang sakit
- menghindari tempat yang ramai dengan sirkulasi udara buruk
- mengenakan masker
- menghindari menyentuh wajah
- mencuci tangan
- menjaga kebersihan lingkungan
- membersihkan berbagai benda yang kerap disentuh banyak orang.
Bagi yang sakit, dapat mengurangi penyebaran penyakit dengan cara :
- Tetap di rumah atau membatasi kontak dengan orang lain selama sakit
- Memakai masker jika terpaksa harus bertemu orang lain
- Menjaga etika batuk dan bersin yaitu batuk, bersin di lengan baju atas. Jika menggunakan tisu, tutup mulut dan hidung ketika batuk, bersin kemudian buang tisu ke tempat sampah, segera cuci tangan.
Untuk keganasan patogen, kerap sulit melakukan pencegahannya.
Tetapi mengurangi patogen yang resisten seperti bakteri resisten dengan antibiotik, virus resisten dengan antivirus, dan lainnya, dapat dilakukan dengan cara :
- Tidak sembarangan konsumsi antimikroba (antibiotik, antivirus, antijamur, dll)
- Jika diberi antimikroba, minum sesuai dengan dosis, anjuran minum, dan habiskan obat yang diberikan.
Perlu diingat, yang mengalami resistensi adalah patogennya, bukan manusianya. Sehingga tidak menjamin jika seseorang selalu tertib minum antimikroba yang diberikan pasti akan terhindar dari infeksi patogen yang resisten.
Tetapi orang yang tidak tertib minum antimikroba akan mengubah patogen yang ada dalam dirinya menjadi resisten. Patogen resisten ini kemudian menyebar ke mana-mana.
Maka diperlukan edukasi dan perubahan perilaku masyarakat agar tidak terbentuk patogen yang resisten.
3. Imunisasi
Imunisasi membantu sistem imun mengenali patogen penyebab penyakit yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Akibatnya tubuh dapat dengan segera mengenali dan memberikan perlawanan pada patogen yang masuk.
Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia