Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Di Balik Suara Batuk

Suara batuk belakangan ini makin sering terdengar. Masyarakat mulai resah dan berbagai pemberitaan termasuk hoax banyak bermunculan. Batuk itu sebenarnya adalah respon tubuh yang terjadi ketika ada sesuatu yang masuk atau mengiritasi tenggorokan atau jalan napas yang dianggap sebagai suatu ancaman bagi tubuh. Melalui batuk diharapkan sesuatu yang dianggap ancaman tersebut dilontarkan keluar dari tubuh, khususnya saluran pernapasan. Batuk terjadi ketika saraf mengirim perintah ke otak untuk membuat otot-otot di dada dan perut mendorong udara keluar dari paru-paru dengan tujuan mendorong paksa sesuatu atau iritan keluar dari jalan napas.

 

Apa saja yang menyebabkan terjadinya batuk?

Berbagai hal dapat memicu batuk jika terhirup atau berada di sekitar saluran napas:

  • benda asing misalnya debu, polusi udara, asap, tersedak makanan, uap bahan kimia
  • alergen atau sesuatu yang memicu terjadinya reaksi alergi misalnya serbuk sari, debu, spora jamur
  • virus misalnya virus penyebab influenza, COVID-19, pneumonia
  • bakteri misalnya bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan atas, sinusitis
  • jamur misalnya jamur penyebab pneumonia
  • asam lambung dan isi lambung pada penyakit asam lambung atau GERD
  • keganasan alias kanker misalnya kanker paru
  • emboli paru atau adanya bekuan darah di dalam arteri yang menyumbat paru-paru
  • penyakit kronis pada saluran napas misalnya sinusitis, COPD, emphysema
  • efek samping obat-obatan misalnya captopril.

 

Bagaimana pengobatan batuk?

Seringkali orang yang batuk akan langsung minum ‘paket obat batuk’ yang terdiri dari obat penekan batuk, kortikosteroid, dan antibiotika. Padahal pengobatan seharusnya disesuaikan dengan penyebabnya. Batuk karena polusi dan batuk karena GERD tentunya membutuhkan regimen terapi yang berbeda dan tidak perlu antibiotika.

Pemakaian antibiotika sembarangan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Bakteri yang resisten dengan antibiotika akan terbentuk. Bakteri ini sulit dikendalikan dan dimusnahkan. Apalagi jika bakteri resisten antibiotika ini menyebar ke kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, lansia, orang dengan gangguan imun tubuh, atau orang yang memiliki penyakit penyerta.

 

Jika batuk dirasakan hanya ringan, mencoba pengobatan sendiri masih dianggap aman:

  • Mengatasi sumber batuk misalnya karena alergi, maka hindari alergen dan minum obat anti alergi.
  • Konsumsi cairan yang hangat seperti kuah sup bening, teh herbal, air jahe bisa ditambah dengan lemon dan atau madu, atau sekedar air hangat.
  • Istirahat yang cukup.
  • Berkumur dengan air garam.
  • Konsumsi obat penekan batuk atau pengencer dahak yang dijual bebas.
  • Hindari pemakaian antibiotik sembarangan.

 

Agar batuk terutama akibat bakteri, virus, atau jamur, tidak menyebar dan menulari orang lain, hendaknya penderita melakukan:

1. tetap berada di rumah

2. jika terpaksa harus pergi:

  • jaga jarak
  • kenakan masker
  • jaga kebersihan diri
  • terapkan etika batuk.

 

Kapan batuk perlu mendapat perhatian serius dan konsultasi ke dokter?

Batuk yang terjadi sesekali atau kurang dari seminggu biasanya dianggap masih cukup aman.

Segera konsultasi ke dokter bila:

  • batuk tidak reda setelah seminggu
  • disertai dahak kental, berwarna kuning-hijau
  • batuk berdarah atau dahak berwarna kemerahan
  • terdengar suara mengi
  • disertai demam
  • kesulitan bernapas, sesak, napas pendek
  • dada terasa terhimpit atau nyeri dada
  • pingsan
  • pembengkakan kaki
  • berat badan turun tanpa sebab
  • keringat malam.

 

Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia