Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Jangan Bangga Bisa Begadang, Ini Akibat Utang Tidur yang Menumpuk

Kamu yang sibuk banget dalam kerjaan, kejar-kejaran dengan deadline, belum lagi urusan pribadi, mulai beberes rumah sampe pasangan yang nggak mau ngerti, pasti sering, setidaknya pernah mengorbankan waktu tidur. Jika terus dilakukan maka kamu berusaha mencari pembenaran diri dengan kalimat:

“Bisa tidur puas pas libur, kan?”

“Badan aku mah gampangan diajak begadang, jago adaptasi.”

“Lama-lama aku kebiasaan tidur 4 jam, kok!”

“Minum kopi aja, auto kabur ngantuknya!”

Tapi kamu tahu nggak? Tubuhmu itu bukan mesin. Mesin aja harus dirawat biar nggak ngadat, apalagi tubuh! Kita nggak bisa adaptasi dengan kekurangan tidur. Emang, sih, kita bisa ngakalin kantuk pake kopi, tapi yang namanya utang tidur tetap berjalan.

 

Utang Tidur, Mudah Terjadi, Susah Dibayar!

Utang tidur merupakan akumulasi dari kekurangan waktu tidur dari kebutuhan ideal. Jika kamu seharusnya tidur 7 jam tapi cuma tidur 5 jam, maka kurang tidur selama 2 jam. Kalau besoknya tidur cuma 4 jam, maka kamu kurang tidur 3 jam. Maka utang tidur jadi: 2 + 3 jam yaitu 5 jam. Begitu seterusnya, utang akan bertumpuk terus. Sayangnya utang tidur nggak sama dengan utang duit. Nggak bisa lunas hanya dengan sekali tidur panjang di akhir pekan. Penelitian telah membuktikan bahwa perlu 4 hari untuk pulih dari kurang tidur walaupun hanya 1 jam dan bisa mencapai 9 hari untuk membayar lunas seluruh efek negatif kurang tidur tersebut.

 

Dampak utang tidur yang sering tidak disadari:

Jangka pendek:

  • mudah marah
  • sulit fokus
  • reaksi tubuh melambat
  • performa kerja menurun
  • gangguan mood

Jangka panjang:

  • peningkatan risiko diabetes, hipertensi, penyakit jantung
  • penurunan fungsi imun
  • gangguan daya ingat dan konsentrasi
  • kecemasan, depresi
  • obesitas

Tapi lama-lama jadi nggak terasa ngantuk, lho!

 

Ketika kurang tidur terus menerus, utang tidur menumpuk, tubuh dan otak jadi ‘terbiasa’. Secara subjektif kamu nggak merasa terganggu lagi dengan kantuk dan tubuh terbiasa bangun pagi banget atau begadang larut malam. Tapi sayangnya jauh di dalam, tubuh dan otakmu meronta. Fungsi kognitif dan fisik tetap menurun, refleks jadi lambat, kemampuan konsen turun, memori lemot, kontrol emosi jadi kacau. Ini yang disebut subjective adaptation with objective impairment. Kita merasa oke meski kurang tidur, tubuh menyesuaikan diri dengan ritme sirkadian melalui berbagai hormon.

 

Merasa baik-baik saja apakah beneran baik-baik semuanya?

Ternyata kinerja tubuh berupa reaksi motorik, metabolisme, imun tubuh, berbagai hormon akan tetap mengalami kekacauan. Fungsi kognitif juga tidak mampu beradaptasi, kemampuan berkonsentrasi, mengingat, mengambil keputusan akan jadi menurun.

Jadi kita tidak benar-benar beradaptasi walaupun merasa baik-baik saja. Ibarat mesin kekurangan oli, tetap mampu menyala terus, nggak ngadat. Kemudian perlahan tapi pasti terjadilah kerusakan, mesin jadi aus. Sampai suatu ketika, dia mogok.

Jadi, kalau kamu sering kurang tidur tapi merasa “baik-baik saja”, jangan buru-buru percaya. Bisa jadi tubuhmu sedang diam-diam menabung kerusakan. Kapan mau mulai bayar utangmu? Yuk, lunasi utang pelan-pelan dan jangan bikin utang baru lagi, ya! Mulai saja dari hal kecil, tidur lebih cepat 15 menit, gadget-free sejam sebelum jam tidur, beri ruang untuk tenang. Karena tubuhmu adalah rumah bagi harapan, cinta, dan warisanmu!

 

Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia