Seperti dikutip dari The Asahi Shimbun, kasus pneumonia (radang paru-paru) akibat infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae di Jepang tidak kunjung mereda setelah 6 minggu berturut-turut meningkat. Peningkatan terjadi sejak minggu terakhir di bulan Oktober 2024. Dalam pemberitaan oleh Kompas.com, berdasarkan data dari Institut Penyakit Menular Nasional Jepang, sejak 2 September 2024 sampai 26 Januari 2025, tercatat sekitar 9,52 juta kasus influenza. Pada akhir 2024, tercatat hampir 6.000 kasus pneumonia mikoplasma, meningkat lebih dari 10 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Penularan bakteri Mycoplasma pneumoniae terjadi melalui droplet penderita:
- Menyebar langsung ketika penderita bernapas, berbicara, bernyanyi, bersin, batuk
- Melalui media benda yang tercemar oleh droplet.
Bakteri Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab pneumonia. Penyebab lainnya adalah berbagai jenis bakteri, virus, jamur, atau bahkan bisa terjadi ketika segala sesuatu yang memasuki tenggorokan (makanan, minuman, muntahan, lendir, dll) mencapai area paru.
Virus misalnya virus influenza dapat secara langsung menimbulkan pneumonia. Secara tidak langsung, virus influenza dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga bakteri misalnya Mycoplasma pneumoniae mudah menyerang dan berkembang menjadi pneumonia.
Sampai saat ini, Indonesia belum mengeluarkan travel advistory apapun terkait kasus ini. Sebenarnya angka kematian pneumonia pada anak di Indonesia lebih tinggi daripada di Jepang. Pada tahun 2021, angka kematian anak akibat pneumonia di Indonesia adalah 23,5 per 100.000 sementara di Jepang 13,9.
Lalu apakah kita perlu menunda bepergian ke Jepang?
Pertanyaan ini sulit dijawab karena beberapa hal:
- Influenza dan pneumonia mempunyai kesamaan, biasanya penyakit hanya ringan sampai sedang pada kebanyakan orang. Bisa menjadi fatal dan berujung pada kematian terutama pada sekelompok orang yang rentan:
- Orang berpenyakit kronis terutama pada jantung, paru-paru seperti asma, PPOK dan penyakit kronis lainnya misalnya diabetes
- Penderita gangguan imun
- Perokok
- Lansia di atas 65 tahun
- Anak di bawah 2 tahun.
- Gejala berbagai penyakit yang menyerang saluran pernapasan hampir sama yaitu demam, batuk, pilek, hidung tersumbat, sakit kepala, dan sebagainya. Tidak mudah bagi orang awam untuk menentukan apakah yang dialami adalah pilek biasa, influenza, pneumonia, atau penyakit yang serius.
- Pada kelompok rentan, gejala kerap tidak terlalu kentara sehingga perawatan yang tepat terhambat.
- Gejala-gejala yang serius sering tidak diperhatikan, dianggap tidak berbahaya sehingga terlambat ditangani. Gejala tersebut adalah sesak, nyeri dada, demam tinggi, kesadaran menurun, batuk berkepanjangan, kelelahan, tidak nafsu makan, atau penyakit tidak kunjung mereda setelah diberikan obat.
- Kesadaran untuk menjalankan gaya hidup sehat agar imun kuat masih belum merata.
- Orang dengan berbagai penyakit kronis dan gangguan imun tidak semuanya melakukan pengobatan dan gaya hidup yang seharusnya.
- Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tidak menjamin seluruh fasilitas kesehatan senantiasa berada dalam kondisi prima.
- Vaksinasi masih belum merata di setiap lapisan masyarakat.
Jadi keputusan menunda atau tetap bepergian ke Jepang terkait penyakit, sampai saat ini bersifat individual. Nilai kesehatan diri, faktor risiko yang dimiliki, dan pantau terus laman Kementerian Kesehatan. Jika memutuskan untuk tetap bepergian, maka senantiasa jalankan berbagai tindakan pencegahan:
- Memakai masker
- Mencuci tangan
- Menjaga jarak
- Menghindari kerumunan
- Membatasi mobilitas
- Jaga imun dengan gaya hidup yang baik
- Jalankan pengobatan jika memiliki penyakit kronis atau gangguan imun
vaksinasi.
Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia