Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Kenali Keadaan Microsleep dan Potensi Bahayanya

Microsleep adalah sebuah episode tidur yang berlangsung kurang dari 30 detik. Karena episode ini berlangsung sangat singkat, otak bisa saja tidak menyadarinya sebagai tidur. Dipercaya bahwa saat microsleep terjadi, hanya sebagian otak yang ‘tidur’ sementara bagian otak lain tetap terjaga. Banyak orang menyebut microsleep sebagai ketiduran. Perbedaan yang jelas adalah waktunya, microsleep terjadi sangat singkat, kurang dari 30 detik, sedangkan ketiduran bisa terjadi dalam waktu yang lebih lama.

Orang yang mengalami microsleep bisa terlihat menutup seluruh mata seperti orang tidur atau hanya menutup sebagian mata. Terkadang dapat juga terlihat seperti tidak tidur dan tetap melakukan apa yang sedang dikerjakan, misalnya jika microsleep terjadi ketika seseorang mengemudikan mobil, maka mobil tetap berjalan. Tetapi karena sebagian otak tidur, maka pekerjaan atau aktivitas yang sedang dilakukan tidak sepenuhnya disadari. Kewaspadaan dan kemampuan memberi respons menurun.

Ketika microsleep terjadi saat orang tidak membutuhkan kesadaran penuh, misalnya saat menonton televisi, maka hal ini tidak berbahaya. Tetapi jika orang berada dalam posisi yang membutuhkan kesadaran penuh dan konsentrasi seperti saat mengemudi, mengoperasikan mesin, bekerja dengan instrumen tajam, seperti pisau, gergaji, jarum, dll, maka bisa terjadi kecelakaan baik yang ringan, maupun yang fatal.

e

Waktu sekejap saja kecelakaan yang mengerikan dapat terjadi. Tidak hanya membahayakan orang yang mengalami microsleep, tetapi juga orang yang berada di sekitarnya. Hanya dibutuhkan waktu sekejap, mulai 3 detik saja, sudah cukup untuk sebuah mobil yang dikendarai dalam keadaan ketiduran sebentar untuk menabrak mobil atau orang di depannya, menghajar pembatas jalan, atau bahkan menyeberang ke jalur berlawanan. Demikian juga ketika mengoperasikan mesin, dalam waktu yang sangat singkat, microsleep dapat menyebabkan kecelakaan kerja, misalnya orang memotong jarinya sendiri tanpa disadari.

Pada umumnya microsleep terjadi karena orang kurang tidur. Kurang tidur bisa terjadi jam tidur tidak memenuhi kebutuhan tidur minimal, baik karena tidur terlalu malam atau bangun terlalu pagi. Selain karena tuntutan pekerjaan, tugas sekolah/kuliah, kehidupan sosial, atau sekadar bersenang-senang, kurangnya waktu tidur bisa terjadi karena adanya gangguan tidur misalnya insomnia, restless legs syndrome, dll.

r

Kurang tidur juga bisa dipicu oleh berbagai gangguan psikis seperti depresi, kecemasan, dll. Berbagai penyakit fisik kronis yang menyebabkan nyeri atau gejala lain yang mengganggu misalnya diabetes, diabetesi yang mengalami gangguan pada persarafan seringkali mengalami nyeri, rasa panas, kesemutan, baal, dan sebagainya yang akan mengganggu tidur. Kanker, penderita kanker sering mengalami keluhan seperti nyeri, sesak napas, batuk, dll yang menyebabkan sulit tidur nyenyak. GERD (penyakit asam lambung naik), posisi berbaring ketika tidur akan mempermudah asam lambung untuk naik ke atas sehingga gejala-gejala yang tidak enak seperti dada terasa panas seperti terbakar, terasa asam pahit di mulut, sampai rasa sesak napas bisa menyebabkan gangguan tidur. Berbagai penyakit pada saluran pernapasan seperti pilek alergi, sinusitis, asma, dll bisa memicu sulit bernapas yang akan berujung pada gangguan tidur. Berbagai keadaan terkait perubahan hormon seperti menopause, kehamilan, dll.

Microsleep juga bisa terjadi ketika jumlah jam tidur mencukupi tetapi kualitas tidur tidak cukup bagus. Hal ini dapat terjadi misalnya pada penderita Obstructive Sleep Apnea (OSA). Gangguan ini adalah gangguan yang terkait dengan tidur yang paling umum dijumpai. Hal yang terjadi adalah otot tenggorokan melemas (rileks) sehingga jatuh dan menutup jalan napas. Terjadilah henti napas. Kadar oksigen dalam tubuh akan menurun dan kadar karbondioksida akan meningkat. Hal ini akan ‘membangunkan’ otak untuk memaksa tubuh bernapas. Orang akan kembali bernapas.

Karena henti napas berlangsung berkali-kali, maka otak akan ‘bangun’ berkali-kali juga sehingga kualitas tidur akan menurun. Tanda OSA yang paling mudah dikenali adalah ngorok (mendengkur) ketika tidur. Hal lain yang bisa memicu terjadinya microsleep adalah gangguan tidur seperti narkolepsi, yaitu  gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan rasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari dan dapat tertidur secara mendadak di mana pun dan kapan pun. Gangguan irama sirkadian, yaitu gangguan pada jam biologis tubuh yang mengatur tidur dan bangun, misalnya jetlag, perubahan shift pekerjaan, dll.

u

Beberapa jenis obat-obatan dapat memicu terjadinya microsleep, misalnya obat yang menyebabkan susah tidur seperti obat asma, obat sakit kepala, obat depresi, anti kejang, dll. Juga obat yang menyebabkan rasa kantuk seperti antihistamin, obat batuk pilek, obat penenang, obat tidur, obat depresi, dll. Microsleep juga dapat terjadi ketika orang cukup tidur, baik secara kuantitas maupun kualitas, tetapi mengerjakan pekerjaan yang bersifat monoton secara berulang selama lebih dari 30 menit. Aktivitas sama yang dilakukan berulang kali dapat menyebabkan turunnya aktivitas otak dan memicu microsleep.

 

Penulis: dr. Santi

Penyunting: Devin Airlangga/Corp. Communications KG