Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Kenapa Susah Tidur Padahal Capek?

Punya pikiran itu menyenangkan, memampukan kita membuat rencana, menimbang berbagai opsi, melakukan refleksi, dan masih banyak lagi. Di sisi lain, pikiran yang berseliweran saat malam menjelang akan menjegal waktu tidur. Apesnya, pikiran yang mampir di malam hari lebih sering merupakan pikiran yang negatif. Fenomena ini dikenal dengan racing thoughts. Keadaan ini akan menuntun kita ke kecemasan, stres, depresi, overthinking. Akibatnya rasa kantuk akan semakin menjauh.

Gejala-gejala Racing Thoughts

  • Pikiran mengembara, melompat-lombat, berkeliaran liar. 
  • Semua terasa kacau, berbaur antara masa lalu dan masa depan.
  • Pikiran berputar sekitar tugas esok hari, kesalahan masa lalu, atau permainan otak: bagaimana jika, seandainya saja, harusnya, dan seterusnya.
  • Kesulitan meredakan dan menghentikan berbagai pikiran yang muncul tersebut walaupun tubuh sudah sangat lelah.
  • Sering disertai dengan ketegangan otot, detak jantung yang meningkat, nafas yang dangkal.

Mengapa Racing Thoughts terjadi di malam hari?

Sepanjang hari kita sibuk dengan pekerjaan, otak penuh dengan berbagai stimulasi, semua panca indera aktif, kita mendengar, melihat, menyentuh, dan seterusnya. Saat malam berbagai distraksi memudar, meninggalkan pikiran dalam keheningan dan ketenangan. Berbagai emosi yang belum terselesaikan, amarah, rasa bersalah, kesedihan, dll seakan mendapat panggung. Berpacu muncul kembali ke permukaan.

Peran hormon kortisol

Hormon kortisol berguna untuk menyiapkan tubuh ketika kita mengalami keadaan genting di mana dibutuhkan tindakan fight or flight (tindakan melawan atau melarikan diri) dari bahaya. Bahaya yang timbul pada zaman nenek moyang kita bersifat fisik, berhadapan dengan hewan liar atau berhadapan dengan alam hujan lebat, angin kencang, dan sebagainya. Secara hormonal, tubuh bersiap dengan meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan fisik seperti mempersiapkan otot untuk berlari, bertempur, dll dengan meningkatkan gula darah dan tekanan darah serta mengentalkan darah agar jika terjadi luka, perdarahan cepat berhenti. 

Ritme kortisol

Secara normal, hormon kortisol meningkat saat bangun tidur untuk menyiapkan tubuh menjalani hari. Sejalan dengan waktu, kadarnya mulai menurun, paling rendah ketika menjelang waktu tidur. Hormon ini meningkat jika kita merasa terancam, takut, khawatir, baik oleh ancaman nyata, misalnya ada maling masuk, maupun tidak real alias pikiran doang. Pikiran negatif di malam hari meningkatkan kadar hormon kortisol yang seharusnya mencapai titik terendah. Akibatnya orang sulit tidur.

Ritme normal kortisol, meningkat pagi hari, menurun malam hari, akan mengalami kekacauan ketika orang mengalami stres kronis. Lonjakan normal pagi hari menjadi berkurang sehingga orang merasa lelah. Sebaliknya saat hendak tidur, kortisol tetap tinggi sehingga membuat melek terus dan susah tidur. Atau kadarnya tinggi terus seharian. 

Ketika mengalami racing thought di malam hari, hormon kortisol akan keluar. Tubuh merasa terancam, dia tidak bisa membedakan bahwa ini hanya pikiran saja, bukan ancaman sesungguhnya. Hormon kortisol akan dilepaskan sebagai respon. Ujung-ujungnya, semakin sulit kita merasa ngantuk.

Cara mengatasinya

Meredakan berbagai pikiran dengan cara:

  • Membuat ‘jurnal masalah’ yaitu menuliskan atau membuat daftar seluruh permasalahan atau hal yang mengganggu pikiran.
  • Membuat ‘jurnal bersyukur’ sebagai penyeimbang  ‘jurnal masalah’, membuat daftar hal yang disyukuri yang terjadi pada diri atau pada hari itu.
  • Menerapkan teknik relaksasi misalnya:
  1. Meditasi.
  2. Berdoa.
  3. Latihan pernapasan.
  • Konsultasikan ke dokter bila gejala tidak menghilang.

 

Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia