Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Memikat Audiens dengan Kekuatan Storytelling

Pernahkah berada di dalam forum yang audiensnya sibuk sendiri dan tidak menyimak pemaparan presenter? Tahukah kamu salah satu penyebabnya karena penyampaian materi yang terkesan kaku dan membosankan. Selain itu komunikasi secara satu arah yang dilakukan presenter tidak mampu membangun interaksi dengan audiensnya. Supaya interaksi di dalam forum tersebut berjalan dengan baik, presenter perlu menghidupkan suasana dengan membangun storytelling. Ingin tahu sebesar apa dampaknya?

 

Kita dapat mengambil contoh dari pendiri Apple Inc Steve Jobs yang menerapkan storytelling dalam setiap presentasinya. Berbeda dari kebanyakan orang yang cenderung menggunakan PowerPoint sebagai alat bantu, Steve Jobs menganggap PowerPoint dapat menghancurkan fokus dari audiens yang membuat materi menjadi sulit diterima. Sebagai gantinya, Steve Jobs membangun narasi sedekat mungkin dengan memahami kebutuhan dan permasalahan audiens saat ini, sehingga narasi dapat terbangun secara natural. Penyampaian narasi yang tidak menggurui dan memaksa menjadi faktor pendukung audiens tertarik untuk menyimaknya. 

 

Teknik storytelling yang dilakukan Steve Jobs, terbukti dapat meningkatkan penjualan Apple Inc hingga saat ini. Bahkan seorang profesor di University of Southern California Robert Mckee menyatakan “Storytelling is the most powerful way to put ideas into the world today”. Dapat diartikan bahwa saat ini storytelling dapat menjadi sarana yang tepat dalam meyakinkan keputusan orang lain. Sebab semua orang menyukai cerita dan cerita mudah diingat semua orang. 

 

Di samping itu, storytelling dapat membangkitkan empati dari audiens yang dapat meningkatkan ingatannya menjadi lebih kuat terhadap pesan yang disampaikan. Hal ini menjadikan materi yang dibagikan lebih menarik dan mudah diserap oleh audiens. Kesuksesan storytelling dapat kita lihat melalui perhatian yang diberikan audiens, kepercayaan terhadap pesan yang disampaikan, dan dapat memberikan inspirasi kepada audiens. Sebab presentasi yang berhasil tidak dinilai dari seberapa bagus materi yang disampaikan, tetapi bagaimana materi tersebut dapat diterima dengan baik oleh khalayak luas.

 

Storytelling tidak hanya menguntungkan audiens, pelaku storytelling juga akan terlihat lebih berkesan, percaya diri, dan menyenangkan saat menyajikan materinya. Sebab narasi yang terbangun dapat menciptakan koneksi dengan orang lain dan pesan dapat tersampaikan dengan baik. Tentunya hal ini dapat memberikan angin segar bagi presenter yang terkenal dengan narasinya yang unik dan menarik karena memiliki ruang tersendiri bagi audiensnya. Sehingga lebih mudah dalam membangun opini dan melakukan persuasi. 

 

Membangun narasi storytelling yang kuat tidaklah mudah, sebab diperlukan riset mengenai audiens dan memahami kebutuhan mereka saat ini. Dengan memahami kedua poin ini perhatian audiens terhadap pesan yang disampaikan dapat meningkat. Apabila sudah cukup memahami audiens, buatlah narasi dengan menggunakan bukti dan pengalaman konkret yang ada di sekitar kita. 

 

Supaya narasi dapat tersampaikan dengan lebih baik, kita bisa mengikuti tahapan berikut ini, yaitu tentukan apa tujuan menghadirkan narasi tersebut, kenali audiens supaya dapat menentukan cara penyampaian yang tepat (menentukan diksi dan intonasi), membangun emosi di dalam cerita, dan pastikan ceritamu memiliki alur yang baik (terdiri dari pembuka, isi, dan penutup). Dengan menerapkan hal tersebut, narasi yang dibuat mampu menghadirkan bentuk persuasi halus yang menjadikan pendengarnya tanpa sadar mengikuti arah tujuan narasi tersebut.


Berdasarkan kelebihan yang ada, ternyata storytelling tidak hanya berguna saat mengantarkan anak tidur dan curhat dengan teman saja, tetapi bisa kita pakai dalam berbagai situasi lain seperti saat presentasi, pitching produk, hingga bermonolog. Dengan mempelajari storytelling pesan dapat tersampaikan dengan baik dan jelas sehingga audiens mudah untuk menerima dan menikmatinya. Jadi, kapan mau mulai belajar storytelling?

 

 

Penulis: Zalfa Jihan Kinanti/KGIC Corp. Communication 2022

Penyunting: Devin Airlangga/Corporate Communication