Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Mengenal Gas Air Mata

Gas air mata adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, mata, dan kulit sehingga secara sementara menurunkan kemampuan orang tetapi tidak bersifat mematikan. Biasanya efek ini akan menghilang dalam waktu 15-30 menit setelah orang menjauh dari sumber gas air mata dan membersihkan diri. Karena efek ini, maka gas air mata dapat digunakan aparat keamanan untuk mengendalikan dan membubarkan massa dalam situasi kerusuhan.

Walaupun disebut sebagai gas air mata, sebenarnya gas air mata bukanlah gas melainkan senyawa aktif dalam bentuk padatan. Saat ditembakkan dari tabung logam atau semprotan bertekanan, bubuk ini mengalami penekanan dan pemanasan sehingga akan menyebar sebagai partikel halus di udara dan menjadi aerosol. Agar mudah dimengerti, bayangkan ketika kita menumpahkan tepung atau bedak bayi dari tempat yang tinggi, maka akan terlihat seolah-olah ada asap putih. Padahal itu adalah partikel halus yang mengapung di udara dan bukan gas.

 

Ada beberapa jenis gas air mata misalnya: 

  1. chloroacetophenone (CN)
  2. chlorobenzylidenemalononitrile (CS)
  3. chloropicrin (PS)
  4. bromobenzylcyanide (CA)
  5. dibenzoxazepine (CR)
  6. kombinasi dari beberapa senyawa aktif. 

Bentuk yang paling sering digunakan adalah gas CS.

 

Cara Kerja Gas Air Mata

Senyawa aktif akan mengiritasi selaput lendir di mata, hidung, dan tenggorokan). Tubuh akan memberikan respons perlindungan diri berupa: 

  1. mengaktifkan reseptor nyeri dengan tujuan orang menjauh dari sumber bahaya
  2. membuat air mata, tujuannya membasuh mata, mengencerkan, dan mengeluarkan senyawa kimia
  3. mengeluarkan lendir (ingus) untuk mengencerkan, menjebak, dan menyulitkan senyawa kimia masuk ke dalam tenggorokan
  4. memicu refleks batuk dan bersin yang akan membantu tubuh melontarkan senyawa kimia dari dalam tubuh
  5. menyempitkan saluran napas agar senyawa tersebut tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam tubuh seperti paru-paru
  6. memicu mual, muntah, diare dengan tujuan mengeluarkan senyawa kimia melalui saluran pencernaan
  7. membuat banyak liur 
  8. pada kulit akan memicu reaksi peradangan dan luka bakar agar berbagai senyawa tidak menyebar ke area kulit lainnya.  

 

Respon perlindungan diri ini akan memberikan gejala:

  • Mata: perih, berair, rasa terbakar, gatal, penglihatan kabur
  • Hidung: batuk, pilek, bersin, rasa terbakar, gatal, rasa tersedak
  • Paru: batuk, sesak napas, asma kambuh
  • Kulit: kemerahan, gatal, sensasi terbakar, luka bakar, melepuh, reaksi alergi
  • Air liur bertambah, bisa terjadi mual, muntah, diare
  • Psikologis: panik, disorientasi.

 

Berbagai gejala tersebut biasanya bersifat sementara. Gejala akan bertahan lebih lama dan terasa lebih parah pada:

  • penderita asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), dan penyakit lainnya pada saluran pernapasan
  • lansia, bayi, dan anak-anak 
  • jarak dengan sumber gas air mata, semakin dekat, gejala akan semakin parah dan bertahan lama
  • paparan terjadi di ruang tertutup 
  • sirkulasi udara buruk.

 

Efek jangka panjang apalagi disertai dengan dosis yang tinggi, maka akan menyebabkan:

  • Kebutaan
  • Glaukoma
  • Gagal napas
  • Kerusakan tenggorokan dan paru-paru.

 

Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia