Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Mengenal Intermittent Fasting

Berpuasa ada dalam berbagai budaya dan agama yang tersebar di seluruh dunia. Sebelum dunia digital merambah di mana-mana, berpuasa sebenarnya sudah dilakukan tanpa disadari. Dulu orang tidak makan apapun setelah makan malam sampai waktu sarapan tiba karena sulit mendapatkan makanan di luar jam makan. Ketersediaan makanan selama 24 jam baru mulai terbentuk akhir-akhir ini. 

Intermittent Fasting (IF) adalah pola makan yang mengatur siklus orang berpuasa dalam kurun waktu tertentu dan kemudian makan hanya dalam waktu makan tertentu. Pembagian jenis IF berdasarkan waktu berpuasa dan waktu makan meliputi:

 

  1. Daily time-restricted Fasting. 

Dalam pola ini, orang boleh makan dan minum seperti biasa ketika tidak berpuasa. Saat memasuki waktu berpuasa, minuman yang tidak berkalori masih boleh dikonsumsi misalnya air, teh tawar, dan kopi pahit. Selain minuman tanpa kalori, semua jenis makanan tidak boleh dimakan.

Ada beberapa pilihan yang bisa disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap orang yaitu :

  • 12/12

Metode ini sudah dilakukan tanpa sadar sejak tahun 1900-an. Tahapannya adalah kita diperbolehkan makan malam hingga pukul 19.00 selanjutnya berhenti makan sampai esok hari pukul 07.00 pagi. Namun, dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 19.00 malam, kita diperbolehkan makan atau minum seperti biasa.

  • 14/10

Pola ini mengatur waktu diperbolehkan untuk makan hanya selama 10 jam dan berpuasa selama 14 jam. Misalnya makan malam pada pukul 19.00 malam, setelah itu berpuasa hingga esok hari pukul 09.00 pagi sehingga total puasa yang dilakukan selama 14 jam. Sejak pukul 09.00 hingga pukul 19.00 kita diperbolehkan untuk bebas makan selama 10 jam.

  • 16/8

Pola ini merupakan yang paling sering dilakukan karena paling mudah dan dianggap paling ampuh. Puasa dimulai sejak makan malam berakhir, misalnya pukul 19.00 malam dilanjutkan puasa sampai esok hari pukul 11.00 sehingga total puasa yang dilakukan selama 16 jam. Dan boleh makan sejak pukul 11.00 siang hingga pukul 19.00 atau bebas makan selama 8 jam.

 

2. 5:2 Fasting 

Diet dengan perbandingan 5:2 ini merupakan salah satu jenis diet intermittent yang populer. Dalam lima hari, kita diperbolehkan untuk melakukan diet sehat seperti biasanya dan pada dua hari sisanya akan dilakukan puasa dengan mengurangi asupan kalori menjadi seperempat dari asupan kalori harian normal. Misalnya, jika pada wanita usia dewasa dibutuhkan 2000 kalori, maka ketika menjalani diet hanya diperbolehkan mengonsumsi sebanyanyak 500 kalori. Hari dalam melakukan puasa 5:2 tidak harus berurutan. 

3. Eat-stop-eat. 

Puasa dijalani selama 24 jam, misalnya puasa dimulai setelah jam makan malam dan selesai ketika jam makan malam pada esok harinya. Puasa dilakukan satu sampai dua kali dalam seminggu. Selain hari berpuasa, pola makan dilakukan seperti biasanya.

4. Alternate-day Fasting.

Pada satu hari pertama, kita melakukan puasa dan hanya diperbolehkan makan sebanyak 500 kalori. Kemudian pada hari selanjutnya diperbolehkan untuk makan sehat seperti biasa. Pada pola ini, puasa dilakukan berselang. 

5. Warrior diet.

Warrior diet juga disebut sebagai diet 20:4 karena dilakukan dengan 20 jam berpuasa dan 4 jam diperbolehkan makan bebas seperti biasanya. Hanya buah dan sayur yang diperbolehkan untuk dikonsumsi pada pagi hingga malam hari selama 20 jam. Malam hari diperbolehkan makan seperti biasanya atau selama sisa hari 4 jam.

Siklus makan dan siklus puasa dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan tiap orang. Hanya saja ada anggapan bahwa berpuasa pada malam hari dianggap lebih unggul, mudah, dan praktis. Jika merasa sulit tidur karena merasa lapar, maka pola makan dapat diatur menggunakan pola jam makan malam pada pukul 20.00 malam dan melakukan puasa dimulai malam hingga esok hari. Lama berpuasa disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing individu. Pada beberapa orang yang tidak bisa melewatkan sarapan, maka bisa juga diatur dengan makan malam yang lebih cepat misalnya pada pukul 17.00 sehingga sarapan tetap dapat dijalankan.

Pada umumnya, individu dalam keadaan sehat dapat menjalani IF dengan aman. Sebelum menjalani pola IF, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga medis terlebih bagi orang dengan keadaan berikut:

  • Anak di bawah 18 tahun 
  • Orang lanjut usia 
  • Ibu hamil, ibu menyusui, wanita yang sedang ingin hamil, dan gangguan menstruasi 
  • Gangguan nutrisi 
  • Penderita asam lambung,dan sakit maag 
  • Diabetesi
  • Gangguan terkait makan misalnya anoreksia, bulimia, dll 
  • Gangguan ginjal, hati, dll.

 

Pola diet menggunakan intermittent fasting hanya menjadi salah satu pilihan yang bisa diambil jika menginginkan pengaturan pola makan untuk mengurangi berat badan. Perlu diingat bahwa tidak ada sebuah pola atau metode makan yang pasti sesuai dan baik untuk tubuh setiap orang. Maka dari itu, diperlukan pemikiran bijak untuk memilih pola diet sesuai dengan kemauan, kemampuan, dan kebutuhan tubuh.