Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Resolusi Akhir Tahun, Jangan Lagi Padam Seperti Kembang Api

Tahukah bahwa resolusi akhir tahun itu lebih rapuh dari kembang api tahun baru? Indah dan meriah di awal dan sekejap kemudian redup, padam. Berdasarkan statistika, hanya sekitar 9% yang berhasil mempertahankan resolusi yang dibuat, 23% menyerah di minggu pertama, dan 64% di akhir bulan Januari.

Akhir tahun bisa menjadi momen tepat untuk membuat resolusi. Semangat ‘fresh start’ untuk lebih sehat. Agar melekat hingga akhir tahun 2026, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan:

  1. Sebelum membuat resolusi, lakukan refleksi secara jujur. Hal apa yang menjadi titik lemah dan apa saja yang dimiliki sebagai sumber daya meraih resolusi.
  2. Merancang resolusi dengan teknik SMART:
  • Specific. Tujuan harus spesifik dan jelas, misalnya daripada mengatakan ingin hidup sehat, lebih baik ubah menjadi ingin olahraga secara teratur.
  • Measurable. Tujuan sebaiknya memiliki indikator keberhasilan yang dapat diukur secara objektif, misalnya ingin olahraga seminggu 5 kali, setiap kali 30 menit.
  • Achievable. Tujuan realistis dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi diri. Jika tidak mampu langsung rutin olahraga selama 30 menit, maka bisa dibuat menjadi mulai olahraga seminggu 5 kali, setiap kali selama 10 menit.
  • Relevant. Resolusi akan semakin baik jika relevan dengan sikon, kemampuan, dan kebutuhan misalnya lebih baik membuat resolusi: Saya akan olahraga jalan kaki setiap minggu 5 kali, setiap kali 10 menit daripada sekedar mengikuti tren misalnya olahraga padel. Apalagi jika tidak bisa padel, tidak mampu secara ekonomi, dan sebagainya.
  • Time-bound. Ada batas waktu pencapaian misalnya saya akan olahraga jalan kaki setiap minggu 5 kali, setiap kali 10 menit selama 3 bulan ke depan.

3. Membuat perencanaan dan berbagai strategi yang diperlukan misalnya memilih waktu olahraga yang sesuai jadwal, mencari solusi apabila cuaca tidak mendukung, dan sebagainya.

4. Membuat microplanning misalnya membuat kalender harian, pagi jalan kaki keliling lapangan parkir selama 5 menit dan sore pulang kerja tidak naik ojek tapi jalan kaki menuju halte atau stasiun selama 5 menit.

5. Membentuk support grup misalnya mencari buddy atau sohib, atau bergabung dengan komunitas yang sesuai, sebagai contoh, teman yang hobi olahraga atau komunitas olahraga.

6. Melakukan habit stacking. Aktivitas baru akan lebih mudah menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan apabila ‘ditumpuk’ dengan kebiasaan lama misalnya setiap pagi pasti berkeliaran mencari sarapan, maka tumpuk aktivitas jalan kaki ke kebiasaan tersebut. Jadinya kamu bisa menambah jalan kaki sembari mencari sarapan ke tempat yang lebih jauh.

7. Mencari cara untuk mengingatkan diri sendiri akan motivasi mengapa membuat resolusi misalnya menempelkan sticky note berisi motivasi di meja kerja, memasang reminder di HP.

Nah, mudah kan? Perencanaan yang baik membantu resolusi tidak berhenti hanya sebagai niat baik, tapi berubah menjadi tujuan konkret, terukur, realistis, relevan, dan punya deadline. Dilandasi motivasi kuat dan dilengkapi dengan strategi serta support system, jadi sempurna bukan? Dengan begitu peluang berhasil akan meningkat. Yuk, mulai! Apa resolusimu di tahun 2026?

Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia