Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Stres Bisa Buat Kita Lebih Produktif? Kok Bisa?

Halo, Warga KG!

Pada tanggal 15 Maret 2023, Kompas Gramedia mengadakan Offline Training Week atau yang biasa dikenal sebagai OTW, mengundang seorang psikolog dari Pojok Konseling Kompas Gramedia, yaitu Mba Arienda Anggaraini untuk membahas lebih lanjut bagaimana sih cara mengatasi stres dengan baik. Penasaran gimana caranya? Yuk, kita baca dan simak sampai akhir!
Pasti Sahabat KG sudah sangat familiar ya dengan istilah stres. Apa lagi soal pekerjaan, tidak jarang kita mendengar rekan sekerja kita atau bahkan diri kita sendiri mengeluhkan, “Aduh, gue stres banget nih kerjaan numpuk, banyak revisi, belum lagi ngurus rumah, ngurus anak, haduuuh pusing,”. Selama ini, banyak juga yang mengasosiasikan stres sebagai hal yang negatif. Wajar aja sih, karena stres ini seringkali mengundang emosi atau bahkan perilaku negatif lainnya. Namun, Sahabat KG sudah tau belum kalau sebenarnya stres merupakan suatu tanda yang baik, loh ketika kita bisa mengontrolnya! Sebelum membaca lebih jauh, yuk, kita kenali terlebih dahulu seputar stres.

 

Definisi Stres

Sebenarnya, manusia sendiri diciptakan untuk memiliki stres. Stres merupakan reaksi alami dari tubuh yang muncul ketika kita sedang menghadapi tekanan dari luar. Bentuk atau cara setiap individu merespon stres berbeda-beda dan berpengaruh pada kesejahteraan diri secara keseluruhan. Pada umumnya, respon tubuh terhadap stres dikenal sebagai fight or flight response yang dipengaruhi oleh hormon dalam tubuh. Namun, saat ini reaksi-reaksi tubuh dibagi ke dalam 4 kategori yang lebih luas, yaitu:

  • Fight: respon ini terjadi ketika tubuh merespon sesuatu secara agresif. Perilaku yang muncul biasanya mudah tersinggung, marah, dan perilaku agresif lainnya.

  • Flight: kebalikan dari fight, flight merupakan bagaimana tubuh kita merespon bahaya dengan menghindar dari bahaya tersebut. Perilaku atau perasaan yang muncul biasanya cemas, takut, panik, menghindar, khawatir berlebihan, dan perfeksionis.

  • Freeze: respon stress ini membuat kita merasa stuck atau diam di tempat. Hal ini terjadi ketika tubuh kita tidak bisa fight or flight. Perilaku yang muncul biasanya seperti merasa terjebak, pingsan, dan sulit bergerak.

  • Fawn: respon ini digunakan setelah percobaan reaksi fight, flight, atau freeze tidak berhasil dan biasanya tampil sebagai perilaku, misalnya dia mencoba menyenangkan orang lain, menghindari konflik, memprioritaskan kebutuhan orang lain, dan sulit menetapkan batasan.

Banyak sekali perubahan atau tekanan dari luar diri yang dapat memicu munculnya gejala dan reaksi stres di atas, misalnya seperti pekerjaan yang terlalu banyak, kekurangan tidur, ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita, argumen dengan pasangan, kemacetan, masalah finansial, dan masih banyak lagi. Memang gejala stres ini cenderung negatif, namun sebenarnya stres bisa menjadi sebuah “energi” yang bisa kita kelola untuk menghasilkan performa yang lebih baik, lho! Ingin tau contoh aslinya? 

 

Kenali Term Good Stress, Bad Stress

good stress bad stress

Pelari tercepat di dunia, yaitu Usain Bolt dapat berlari sejauh 100 meter dalam waktu 9.6 detik saat pertandingan, padahal saat latihan beliau hanya dapat mencapai 100 meter dalam waktu 20 detik. Kira-kira, kenapa hal tersebut bisa terjadi?

Menarik dari cerita Usain Bolt di atas, kita bisa melihat bahwa stres memiliki keterkaitan dengan performa kerja. Salah satu faktor yang membuat Usain Bolt dua kali berlari lebih cepat saat perlombaan dibanding saat latihan adalah karena adanya tekanan dari kompetitor lain. Tantangan yang dirasakan Usain Bolt lebih terasa dalam konteks berkompetisi dibanding saat latihan sehingga performa berlarinya pun bertambah. Hal ini sejalan dengan grafik di atas yang menyimpulkan bahwa:

  1. Apabila work-load sedikit, tidak menantang, dan cenderung repetitif maka performa akan rendah.

  2. Ketika work-load tinggi, performa juga rendah karena terlalu banyak dan berakibat ke burnout.

Lalu, bagaimana kita bisa mencari sweet spot dan menghasilkan performa yang tinggi?

 

Find your Rhytm!

Sering kali kita sebagai manusia ingin melakukan dan memprioritaskan banyak hal dalam satu waktu agar terlihat lebih produktif. Namun apakah hal tersebut mungkin untuk dilakukan?

“Mencapai keseimbangan merupakan ekspektasi yang tidak realistis. Daripada itu, temukan ritme kehidupan. Setiap minggu, terdapat pola; pekerjaan, keluarga, kesehatan, hobi, yang berbeda dalam durasi dan intensitasnya.” - Adam Grant

Menurut Adam Grant, justru stres muncul ketika kita berusaha dan berekspektasi untuk menyeimbangkan semuanya. Jadi, daripada kita memiliki tujuan untuk mencapai keseimbangan, lebih baik kita mencari ritmenya. Salah satu caranya adalah Energy Management.

Seperti telepon genggam dan alat elektronik lainnya, tubuh kita juga perlu di-charge. Namun apakah selama ini cara kita me-recharge diri sudah tepat dengan kondisi kita yang sebenarnya? Oleh karena itu, penting untuk kita tahu sumber energi mana yang perlu kita isi agar tidak salah mengatasinya.

 

Apa saja energi yang kita miliki?

1. Physical Energy

Energi fisik merupakan modal utama atau sebuah fundamental fuel untuk kita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mandi, pergi ke kantor, dan lain-lain. Energi ini paling cepat habis karena kita pakai seharian untuk me-manage emosi, fokus, dan komitmen mencapai sesuatu. Cara yang bisa kita lakukan untuk me-recharge energi ini adalah dengan makan makanan yang bernutrisi, minum air putih yang cukup, berolahraga, dan tidur yang cukup. Mulailah dengan memperbaiki hal-hal kecil ini untuk mengaktivasi kerja hormon yang bertugas untuk memunculkan perasaan senang dari dalam diri.

2. Emotional Energy

Emotional energy ini adalah energi yang kita pakai sehari-hari saat kita berinteraksi dengan orang lain. Tentu sebagai individu penting untuk kita menjaga emosi positif dalam kehidupan bersosial. Namun, seringkali kita merasa sangat lelah dengan intensitas bersosialisasi yang tinggi dengan banyak orang. Lalu apa yang bisa kita lakukan? 

a. Berilah jeda

Belajarlah untuk jeda dan bernafas dengan sadar. Ambilah waktu sebentar untuk merasakan the present moment dengan cara bernafas. Sahabat KG bisa mempraktikannya dengan cara berikut ini:

screen shot 2023 03 27 at 11 18 54 min

Dengan mempraktikkan teknik di atas, Sahabat KG bisa lebih mindful dan kembali fokus untuk merespon segala hal lebih baik dan rasional.

b. Lakukan hobi atau kegiatan yang kamu suka

Salah satu cara yang bisa mengembalikan energi emosional kita adalah dengan melakukan aktivitas yang membuat diri kita senang. Tidak jarang kita melakukan aktivitas ini dan malah merasa bersalah karena menilai diri tidak produktif. Faktanya, hal ini bisa membantu kita untuk kembali berfungsi dengan baik, loh. Sisihkanlah waktu yang cukup untuk hobi kamu, seperti menonton film, bercocok tanam, melukis, dan lain-lain.

c. Journaling

Journaling atau menulis memang sudah terbukti dapat membuat diri menjadi lebih tenang. Mulailah untuk menuliskan apa yang Anda rasakan dan pikirkan setiap hari dan lepaskanlah emosi-emosi negatif melalui tulisan. Selain itu, Anda juga bisa menuliskan hal-hal di hidup Anda yang membuat Anda merasa bersyukur. 

3. Spiritual Energy

Energi spiritual ini bukan semata-mata berkaitan dengan agama, melainkan sebuah keinginan dalam diri untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Kita bisa melakukannya dengan cara melakukan kebaikan kecil kepada orang di sekitar kita dan merefleksi diri dengan pertanyaan yang meliputi tujuan hidup dan apa yang kita mau dalam hidup.

4. Mental Energy

Mental enegy biasanya dibutuhkan saat membuat keputusan, rencana, dan memfokuskan atensi kita. Pada dasarnya, mental energy ini membantu kita untuk fokus. Ada beberapa teknik yang bisa kita gunakan untuk membantu kita lebih fokus, yaitu:

a. Pomodoro Technique

Teknik ini merupakan metode pengaturan waktu yang bisa kita gunakan ketika kita harus mengerjakan banyak hal dalam satu hari. Cobalah mempraktikan teknik ini dengan cara mengatur mengerjakan satu tugas dalam waktu 25 menit tanpa ada distraksi dan beristirahat selama 5 menit, lalu ulang lagi sampai empat kali lalu ambil waktu istirahat lebih lama (15 – 30 menit) dan ulang siklusnya sampai target pekerjaan kita selesai. 

b. Eisenhower Matrix

the eisenhower matrix illustration

Eisenhower matrix ini merupakan teknik membantu kita menentukan prioritas tugas yang harus kita lakukan lebih dahulu. Kita bisa menggunakan tools ini untuk mengkategorikan pekerjaan sebagai berikut:

  • Kerjakan sekarang: Penting + Urgent

  • Menjadwalkannya: Penting + Tidak Urgent,

  • Mendelegasikannya: Tidak Penting + Urgent, dan 

  • Menghapus/membuangnya: Tidak Penting + Tidak Urgent

c. Diskusi and ask for help!

Mungkin ada banyak hal yang sudah kita lakukan untuk menjaga diri agar tetap waras dan bisa berfungsi dengan baik di tengah kesibukan kita. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk bercerita dengan orang terdekat yang kita percaya atau berdiskusi dengan profesional untuk meminta bantuan. 

 

Sahabat KG bisa memanfaatkan fasilitas Employee Assistance Program dari Kompas Gramedia, yaitu Pojok Konseling untuk membantu kamu me-recharge energi yang sesuai dengan kebutuhan kamu. Jadi, tidak perlu ragu untuk mendaftarkan diri ke Pojok Konseling yang bisa diakses melalui link berikut https://mykg.id/eap/pojok-konseling-kompas-gramedia. Sadari sumber stresmu dan ambilah langkah yang sesuai untuk mengatasinya!

 

Penulis: Gabryella Fatricia Anabel

Foto: Kompas.com