Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tipe 2

Tanda dan gejala diabetes, terutama diabetes tipe 2 kerap berkembang dengan lambat. Kita bisa saja hidup seperti biasa tanpa keluhan selama bertahun-tahun padahal sudah mengidap diabetes. Tidak adanya keluhan menyebabkan orang tidak menyadari bahwa sudah terkena diabetes.

Pada sebagian orang, diabetes dapat memberikan tanda dan gejala berupa:

- Sering merasa haus.

-Frekuensi buang air kecil yang meningkat terutama di malam hari.

- Sering merasa lapar.

- Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

- Merasa lelah, lemas, atau lemah.

- Penglihatan menurun atau kabur.

- Luka lambat sembuh.

- Mulut dan kulit terasa kering.

- Sering terkena penyakit infeksi misalnya di gusi, kulit, saluran kemih, dll.

- Keputihan.

- Kesemutan, baal, atau rasa terbakar di kaki dan tangan.

- Gatal-gatal.

- Warna kulit di selangkangan, ketiak, dan leher menjadi lebih gelap, kehitaman, atau kecoklatan.

- Impoten.

Berbahayakah diabetes? Menurut data dari World Health Organization (WHO), jumlah diabetesi (penderita diabetes) pada tahun 1980 adalah 108 juta orang dan meningkat hampir 4 kali lipat pada tahun 2014, menjadi 422 juta orang. Jumlah kasus meningkat lebih cepat di negara yang berpenghasilan rendah sampai menengah dibandingkan dengan negara yang berpenghasilan tinggi.

Beberapa komplikasi yang sering timbul akibat diabetes:

- Kebutaan.

- Gangguan pendengaran.

- Gagal ginjal. 

- Serangan jantung.

- Stroke.

- Amputasi kaki dan tungkai bawah.

- Impotensi. 

- Depresi.

- Penyakit Alzheimer.

kisspng sugar substitute clip art on the shovel sugar 5a81f5b5d9ab50 5831612615184664858916

Komplikasi ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Semakin lama menderita diabetes dan semakin tidak terkontrol kadar gula dalam darah, maka semakin tinggi risiko dan semakin cepat terkena komplikasi. Jadi, semakin dini mengetahui diagnosis diabetes, maka semakin cepat mengendalikan kadar gula dalam darah. Karena tanda dan gejala diabetes yang seringkali tidak muncul, maka kita perlu melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin. Pemeriksaan tetap dilakukan walaupun merasa sehat dan terlihat sehat. Apabila gejala diabetes muncul, pemeriksaan harus secepatnya dilakukan.

Kapan kita harus mulai menjalani pemeriksaan kadar gula darah (screening)? Sebaiknya setiap orang menjalani pemeriksaan kadar gula darah sejak berusia 45 tahun. Pemeriksaan diulang setiap 3 tahun apabila tidak ditemukan masalah. Tetapi, jika orang memiliki banyak faktor risiko terkena diabetes, maka pemeriksaan perlu dilakukan lebih dini dan lebih sering.

Faktor risiko diabetes:

- Riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) yang terkena diabetes.

- Herat badan berlebih atau obesitas.

- Jarang olahraga dan malas bergerak.

- Hipertensi.

- Kolesterol darah meningkat.

- Riwayat penyakit jantung.

- Pola makan tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak jahat, dan rendah serat).

- Umur (semakin berumur, semakin tinggi risiko).

- Terkena Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).

- Pernah mengalami gestational diabetes (diabetes pada masa kehamilan).

Bagaimana jika saya tidak mau melakukan screening? Seringkali orang tidak mau memeriksa kadar gula darah karena tidak mau menghadapi kenyataan. Padahal, penundaan ini malah membahayakan diri sendiri, karena semakin baik kita mengontrol kadar gula darah, semakin sedikit dan semakin ringan komplikasi yang mungkin diderita. Tidak hanya membahayakan diri sendiri, penundaan malah bisa menyusahkan orang lain. Hilang atau menurunnya produktivitas dan kemandirian dapat membuat diabetesi kehilangan kemampuan mencari nafkah, bahkan bisa jadi hidup bergantung pada bantuan orang lain. Misalnya diabetesi yang mengalami stroke dengan kelumpuhan yang menetap, kebutaan, amputasi kaki, dan sebagainya.

Apabila terkena diabetes, apa yang harus dilakukan? Diet yang sehat, aktivitas fisik yang teratur, mempertahankan berat badan normal, cukup tidur, dan menghindari merokok adalah cara-cara yang dapat mencegah atau menunda terjadinya diabetes tipe 2. Diabetes dapat diobati/dikendalikan dan komplikasi diabetes dapat dihindari atau ditunda dengan pola makan, aktivitas fisik, obat-obatan, pemeriksaan secara berkala, dan pengobatan pada komplikasi yang timbul.

 

Penulis: dr. Santi/Medical Center KG

Penyunting: Devin Airlangga/Corporate Communications