Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Tips Konsumsi Mie Instan yang Lebih Sehat

Mie instan adalah makanan cepat saji yang sangat populer di Indonesia. Selain karena enak dengan berbagai pilihan rasa, juga murah, mudah, praktis, dan cepat disiapkan. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini, mie instan merupakan salah satu pilihan yang dianggap paling cocok. Lalu bagaimana dengan anggapan bahwa makan mie instan itu tidak sehat? 

Mie instan tidak sehat karena :  

  • Kandungan nutrisi yang rendah tapi cukup tinggi kalorinya. Mie instan umumnya rendah dalam kandungan serat, protein, dan berbagai vitamin dan mineral. 
  • Mengandung garam dan lemak jahat yang cukup tinggi. 
  • Mengandung bahan aditif seperti : 
         - Bahan kimia untuk mencegah bau tengik 
         - Pewarna makanan 
         - Pengemulsi, penstabil, pengental
         - Anti gumpal pada bumbu kering
         - Bumbu penyedap.  

 

Lalu apakah kita tidak boleh konsumsi mie instan? 

Terkadang hidup itu sulit dijalani dengan perspektif hitam dan putih. Walaupun idealnya konsumsi mie instan sebaiknya dihindari, tentunya ada kondisi tertentu di mana pola ideal sulit diterapkan. Dalam keadaan tersebut alangkah bijaknya jika kita berusaha untuk menekan sebisa mungkin aspek negatif dari konsumsi mie instan. Mari kita bedah setiap aspeknya. 

Kandungan nutrisi yang rendah tapi cukup tinggi kalorinya.  

Atasi dengan menambah zat gizi misalnya :  

  • Serat, mineral, dan vitamin melalui sayur (caisim, tauge, kol, tomat, jeruk nipis, daun bawang, kemangi, cabe, dll) 
  • Protein seperti telur, ayam, tahu, jamur, kacang-kacangan. Penambahan susu yang selain membuat kuah menjadi gurih, dapat menjadi salah satu alternatif asupan protein, tetapi pertimbangkan jumlah kalori dan lemak akan meningkat juga.  
  • Probiotik dari kimchi, miso, acar, atau yogurt. 

 

Mengandung garam dan lemak jahat yang cukup tinggi.  

Atasi kandungan garam dengan :  

  • mengurangi jumlah bumbu bubuk yang digunakan 
  • menggunakan semua bumbu bubuk tapi ketika dikonsumsi, tidak menghabiskan semua kuahnya 
  • mengganti bumbu bubuk dengan yang dibuat sendiri misalnya bumbu dapur, rempah, dan berbagai dedaunan (daun salam, kemangi, daun bawang, ketumbar, dll) 
  • mengurangi asupan natrium atau sodium harian yang ada dalam garam, micin, penyedap rasa, pengawet makanan, soda kue, baking soda, dll. 
  • menambah asupan kalium, bisa dilakukan ketika membuat mie misalnya menambah bayam, menggunakan air kelapa untuk kuah mie atau konsumsi kalium dilakukan di luar asupan mie, misalnya makan pisang, alpukat, ubi. Kalium bisa membantu mengurangi dampak negatif garam, micin, atau penyedap rasa yang ada dalam mie.

 

Atasi kandungan lemak jahat dengan :  

  • menambah asupan serat untuk mengurangi penyerapan lemak dalam saluran cerna 
  • mengurangi bumbu minyak yang digunakan 
  • tidak menghabiskan kuah mie 
  • tidak memakai air rebusan mie  
  • mengganti bumbu minyak dengan minyak zaitun atau minyak kelapa. 

 

Mengandung bahan aditif. 

Atasi dengan :  

  • membuang air rebusan mie 
  • membilas mie dengan air panas 
  • mengurangi atau tidak menggunakan bumbu bubuk dan minyak 
  • memilih mie yang dioven, bukan digoreng 
  • menghindari penambahan kornet, sosis, dll yang juga mengandung berbagai bahan aditif 
  • membaca label kemasan dan memilih yang paling rendah kandungan aditifnya. 

 

Selain berbagai cara di atas, tentunya perlu juga 

  • membatasi frekuensi konsumsi mie instan termasuk makanan instan dan makanan olahan lainnya   
  • menjalankan gaya hidup sehat (konsumsi makanan bergizi lengkap, seimbang, olahraga, aktif bergerak, cukup tidur, dan pengendalian stres).  

 

Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia