Wellbeing Articles

Counseling

COUNSELING

Waspada Cuaca Panas Terik

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan keterangan bahwa beberapa wilayah di Indonesia dilanda cuaca panas ekstrem yang diperkirakan akan terjadi sampai akhir Oktober atau awal November.

Beberapa faktor penyebabnya:

  • meningkatnya intensitas radiasi matahari akibat pergeseran semu matahari ke wilayah selatan Indonesia
  • minimnya tutupan awan
  • bersamaan dengan masa pancaroba di mana suhu udara umumnya meningkat
  • pemanasan global.

Kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, lansia, dan pekerja lapangan sebaiknya lebih waspada dengan suhu panas ini. Beberapa penyakit juga bisa memburuk akibat suhu panas misalnya hipertensi, diabetes, asma, COPD, penyakit pada jantung dan ginjal. Penderita penyakit tersebut juga sebaiknya waspada.

 

Gangguan kesehatan secara fisik terkait dengan cuaca panas:

  1. Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Ketika cuaca panas, orang berkeringat banyak sementara kurang minum. Jika ringan, gejala samar dan tidak disadari meliputi mulut kering, berbau, rasa haus, frekuensi berkemih menurun, urin sedikit, berwarna gelap, berbau pesing, rasa lelah, sulit konsentrasi, pusing, kebingungan. Dehidrasi dapat mengakibatkan sakit kepala dan migrain. Pada diabetesi, dehidrasi dapat memicu naiknya gula darah.
  2. Gangguan pada saluran kemih. Risiko infeksi dan terbentuk batu di sepanjang saluran kemih akan meningkat. Gejalanya: gangguan berkemih seperti rasa ingin BAK terus menerus, nyeri, panas, rasa tidak tuntas saat berkemih, warna urin berubah (kemerahan, berbusa, atau keruh), urin terasa seperti berpasir, nyeri di pinggang bawah, perut bawah, atau panggul, demam, mual, dan muntah.
  3. Infeksi kulit. Cuaca panas dan lembab menyebabkan keringat berlebih terutama di daerah lipatan kulit seperti ketiak, leher, bawah payudara, lipat paha membuat jamur kulit berkembangbiak subur. Gejalanya: rasa gatal yang memburuk saat beraktivitas dan berkeringat, ruam kemerahan mirip seperti pulau dengan bagian tepi lebih merah, kulit pecah dan terkelupas, rasa sakit atau perih. Biang keringat juga banyak terjadi saat udara gerah. Gejalanya: benjolan kecil merah atau bening yang gatal dan perih
  4. Heat exhaustion dan heat stroke, terutama saat cuaca sangat panas. Bayi, anak kecil, lansia lebih rentan terdampak. Heat stroke lebih parah daripada heat exhaustion. Gejala dari heat exhaustion: pusing, rasa melayang, mual, merasa akan pingsan, keringat banyak, kulit lembab, dingin walaupun berada di tempat yang sangat panas, detak jantung lemah dan cepat, sakit kepala, kram otot. Jika tidak ditanggulangi akan menjadi heat stroke. Gejalanya: sakit kepala, suhu tubuh meningkat tinggi bisa mencapai 40°C atau lebih, disorientasi, kebingungan, kulit merah terang, kering atau bisa juga lembab. Kejang dan koma bisa terjadi.
  5. Ketidakseimbangan elektrolit. Saat berkeringat secara berlebihan, tubuh tidak hanya kehilangan cairan saja tapi juga elektrolit yaitu natrium, klorida, kalium, magnesium. Gejalanya: kram otot, lemas, jantung berdebar, bahkan bisa sampai kejang
  6. Gangguan pada mata misalnya mata kering, alergi pada mata, infeksi mata misalnya mata merah, infeksi kulit kelopak mata misalnya bintitan, katarak, dan sebagainya.
  7. Penyakit infeksi lainnya seperti infeksi pada saluran napas misalnya radang tenggorokan dan infeksi pada saluran cerna misalnya diare, demam tifoid atau sering disebut sebagai tipes.
  8. Cuaca panas dapat memicu pelebaran pembuluh darah di area kulit. Ini adalah mekanisme alami tubuh dalam menurunkan panas dengan melepaskan panas melalui kulit. Konsekuensinya adalah darah akan lebih banyak mengalir ke kulit sehingga darah yang mengalir kembali ke jantung mengalami penurunan. Akibatnya jantung mengalami kekurangan suplai darah. Tekanan darah bisa turun secara mendadak. Pada lansia atau penderita hipertensi, hal ini memicu pusing, lemas, rasa melayang, dan akhirnya pingsan jika tidak ditangani.

 

Penulis: dr. Santi/Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia