Info Unit

Info Unit News

FLASH NEWS

Kedaulatan Pangan dan Seni Botani Bertemu di Pameran Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara

YOGYAKARTA, 14 JULI 2025 — Seberapa kenalkah kita dengan tempe alakatak, jali-jali, kluwih, suweg, atau gadung? Bahkan mungkin, sebagian nama tersebut terdengar asing di telinga? Di tengah ancaman degradasi lingkungan dan menghilangnya kearifan lokal, Pameran “Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara” hadir sebagai ajakan untuk kembali mengenal, mencintai, dan menghargai kekayaan tumbuhan asli Nusantara—melalui pendekatan seni dan ilustrasi botani yang memukau.

Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Bentara Budaya, Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA), dan Kebun Raya Bogor - BRIN. Tujuannya untuk mempertemukan dunia seni, sains, dan masyarakat luas dalam satu ruang dialog yang menyentuh hati, membangun kesadaran kolektif dalam menjaga kekayaan hayati Indonesia. 

Pameran ini juga menjadi bagian dari inisiatif global Botanical Art Worldwide 2025 yang melibatkan lebih dari 30 negara di enam benua. Sepanjang tahun ini, negara-negara peserta menyelenggarakan pameran serentak, yang berpuncak pada Worldwide Day of Botanical Art pada 18 Mei 2025 lalu. Dengan mengusung tema besar crop diversity, gerakan ini menyoroti pentingnya keanekaragaman tumbuhan berguna termasuk pangan, sandang, papan, obat-obatan, dan energi yang kian terpinggirkan akibat pertanian massal, monokultur, dan praktik eksploitasi alam.

Di Indonesia, pameran ini mengusung tajuk Khazanah Alam Nusantara dan diprakarsai oleh IDSBA. Sebanyak 65 karya seni botani dari 43 seniman berbagai daerah menampilkan 71 spesies tumbuhan asli dan endemik Indonesia. Setelah perdana digelar di Griya Anggrek, Kebun Raya Bogor, pada 17 Mei–1 Juni 2025 bertepatan dengan HUT ke-208 Kebun Raya Bogor, pameran kini hadir di Bentara Budaya Yogyakarta pada 12–19 Juli 2025, dan dibuka oleh Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum pada Sabtu (12/07/2025).

whatsapp image 2025 07 14 at 11 13 25 276048b3

Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum saat membuka Pameran Seni Botani Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara di Bentara Budaya Yogyakarta/Dok. Bentara Budaya Yogyakarta

“Indonesia sebagai mega biodiversity country, hingga kini telah teridentifikasi memiliki lebih dari 31.000 spesies flora terestrial. Tumbuhan bukan hanya menopang kehidupan, tetapi juga menyimpan nilai historis dan budaya yang membentuk identitas bangsa,” ujar Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN Dr. Andes Hamuraby Rozak, M.Sc.

Kurator pameran Kurniawan Adi Saputro menekankan bahwa pemilihan tajuk Khazanah Alam Nusantara menggambarkan dunia tumbuhan sebagai warisan berharga yang diwariskan lintas generasi. 

“Khazanah alam menggarisbawahi makna tumbuhan sebagai tempat penyimpanan hal-hal yang berharga, yang dirawat, dihormati, dan dijaga hingga hari esok. Dari ujung daun hingga akar, manusia telah menemukan cara memanfaatkan tumbuhan. Namun, tetumbuhanlah penghasil yang sesungguhnya. Kita sekadar beruntung atau usil menemukan manfaatnya. Dengan begitu, kita selalu sudah dan tidak pernah tidak terhubung dengan tumbuhan. Sebab tak ada manusia tanpa tumbuhan,” ungkapnya.

Melalui narasi-narasi personal dari para seniman, karya-karya dalam pameran ini tidak hanya menampilkan morfologi tumbuhan secara ilmiah dan akurat, tetapi juga membuka ruang refleksi budaya. Salah satunya adalah karya berjudul “Berharga karena Luka” oleh Wayan Nadendra yang menampilkan kleinhovia hospita L., atau kayu timoho–dihargai karena motif unik yang terbentuk dari luka serat kayu, dan digunakan untuk warangka keris.

Relasi antara tumbuhan dan sejarah bangsa juga terangkat dalam karya-karya seperti “Cerita Cengkeh” oleh Eunike Nugroho dan lukisan pala (myristica fragrans) oleh Kurniati Rahmadini. Rempah-rempah endemik dari Kepulauan Maluku pernah menjadi pemantik kolonialisme, sekaligus simbol kenangan dan kehangatan masa kecil. Di sisi lain, eksplorasi media turut dihadirkan dalam karya “Spiritual Fragrance” oleh Rio Ananta Prima, yang menggunakan teknik grafir prasi khas Bali–menggores arang kemiri di atas daun lontar untuk menggambarkan pohon kemenyan (styrax benzoin), tanaman bersejarah sejak era Sriwijaya hingga Majapahit.

whatsapp image 2025 07 14 at 11 13 27 90845b83

Suasana pengunjung di Pameran Seni Botani Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara/Dok. Bentara Budaya Yogyakarta

Pameran ini juga memperkenalkan kembali pangan lokal yang mulai terlupakan. Misalnya karya “Hanjeli, Keragaman Pangan Alternatif Non-Beras” oleh Karyono Apic yang menggambarkan Coix lacryma-jobi var. ma-yuen (hanjeli), serta Amorphophallus paeoniifolius (suweg) oleh Prima Milawati. Melalui ilustrasi botani yang presisi, karya-karya ini memadukan ketepatan sains dan estetika visual. 

“Seni dan sains. Paduan dua kutub yang berlainan arah, tetapi dapat nyaman tampil elok dalam karya seni botani,” ujar seniman botani dan salah satu pendiri IDSBA yang juga menjadi juri dalam proses seleksi, Jenny A. Kartawinata.

Pengunjung juga dapat menikmati lebih dari 1.200 karya digital dari 30 lebih negara yang tergabung dalam Botanical Art Worldwide 2025. Karya-karya ini menggambarkan keanekaragaman tumbuhan dari berbagai belahan dunia dalam kategori pangan, sandang, papan, obat, dan energi.

GM Bentara Budaya & Communication Management Kompas Gramedia Ilham Khoiri menyatakan, “pameran ini memberikan dua pengalaman utama bagi pengunjung, yaitu sajian visual yang estetis dari seni botani, dan dorongan untuk mengenal serta mencintai keragaman flora Nusantara sebagai kekayaan hayati yang perlu dijaga.”

Komisaris Utama Kebun Raya (PT. Mitra Natura Raya) Ery Erlangga turut menyampaikan, “karya-karya seni botani dalam pameran ini menyajikan narasi mendalam tentang hubungan manusia dan alam, perjalanan ilmu pengetahuan, serta keindahan yang sering kali luput di tengah hiruk-pikuk zaman.”

Proses seleksi karya melibatkan juri lintas disiplin yakni, Kurator Pameran dan Pengajar ISI Yogyakarta Kurniawan Adi Saputro, Ph.D., Botaniwan BRIN Dr. Destario Metusala, M.Sc., dan Seniman sekaligus Editor Referensi Botani Jenny A. Kartawinata.

whatsapp image 2025 07 14 at 11 13 25 5aecfa7f

Suasana pengunjung di Pameran Seni Botani Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara/Dok. Bentara Budaya Yogyakarta

“Ilustrasi botani adalah sumber ilmu pengetahuan dan pencerahan. Kita akan dimudahkan untuk mengenal ‘keunikan’ suatu spesies tumbuhan—yang mungkin sehari-hari kita abaikan karena terlalu kecil, terlalu tinggi, atau tumbuh di tempat yang jauh. Bagaikan embun pengetahuan di tengah dahaga masyarakat urban yang semakin jauh dengan alam. Dari mana lagi kita akan belajar tentang tumbuhan dengan cara yang menyenangkan?” ujar Dr. Destario.

Sepanjang penyelenggaraan, pengunjung juga dapat mengikuti berbagai kegiatan pendukung seperti talkshow tentang pangan nusantara dan keragaman bambu bersama Yayasan Kehati dan Sekolah Pagesangan, tur galeri, open studio, demo, painting day dengan potluck pangan lokal, serta penjualan karya dan merchandise.

Setelah sebelumnya hadir di Bogor, ”Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara” kini menyapa Yogyakarta–kota seni dan budaya. Dengan menyandingkan dua lanskap berbeda, pameran ini memperluas jangkauan publik terhadap seni botani dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya tumbuhan sebagai identitas, warisan, dan masa depan bangsa.

Pameran “Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara” dapat dikunjungi sampai tanggal 19 Juli 2025 di Bentara Budaya Yogyakarta. Seluruh rangkaian terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.