Info KG

>

#CumadiKG

#CumadiKG

Ketulusan Doa Karyawan KG Surabaya untuk Pak JO

AGATHA TRISTANTI

Corporate Branding Analyst - Dipublikasikan

oleh: Agnes Swetta Pandia/Kepala Biro Harian Kompas Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara

 

Di tengah pandemi Covid 19 dan kesibukan pekerjaan, karyawan Kompas Gramedia yang bertugas di Kota Surabaya menggelar doa bersama 40 hari berpulangnya Bapak Jakob Oetama pada Senin, 19 Oktober 2020. Setelah doa bersama dan menyanyikan lagu "Oh My Papa" serta "Kulihat Ibu Pertiwi", lagu favorit mendiang Pak JO, satu per satu yang hadir di Kantor Harian Kompas Jalan Raya Gubeng 98 Surabaya mengungkapkan kenangan masing-masing bersama pendiri Kompas Gramedia.

“Paling saya ingat dan teladani dari Pak JO walaupun owner atau pemilik perusahaan, tidak pernah ada sikap mentang-mentang. Ketika beliau ke Toko Gramedia, ya, ambil sendiri barang yang diperlukan dan tetap membayar. Semua karyawan dianggap anak sendiri,” begitu kata Bali, Purnakarya Gramedia sejak 2012.

Pengalaman yang paling tak bisa dilupakan oleh Rudi Hari, Purnakarya Divisi Keuangan KG, adalah Pak JO yang paling tidak suka melihat karyawan sandaran di tempat duduk, lalu tak pernah berhenti mengingatkan agar koran tiba di pelanggan tepat waktu. “Dulu kalau rapat sering di meja yang ada di sebelah ruangan Pak JO. Walau beliau pemilik perusahaan, setiap kali kami mau rapat, disuruh di meja itu yang sebenarnya untuk rapat Pak JO dengan pimpinan KG,” ujar Rudi Hari.

whatsapp image 2020 10 19 at 14 22 51

Lain lagi cerita yang dialami Soetikno, Purnakarya CFM. Salah satu pesan Pak JO ketika ia bergabung ke KG adalah sebagai karyawan harus jujur. “Dulu setiap kali Pak JO berkunjung ke Surabaya, saya beberapa kali menemani dan kalau ke Surabaya makan di Restoran Handayani dengan menu kesukaan Pak JO adalah kol nenek, sejenis kerang yang hidup di pinggir pantai,” ujarnya.

Bagi Rochmat dari Gramedia, satu pesan Pak JO yang selalu diingat adalah, "Jadi karyawan harus jujur, berintegritas, sebab kalau bekerja tidak maksimal berarti mendegradasi diri sendiri."

Bagi saya sendiri yang bergabung dengan Harian Kompas (pada) November 1990, pertemuan pertama dengan Pak JO tahun 1992 ketika Hari Pers Nasional di Medan, Sumatera Utara. Pertemuan yang paling berkesan ketika Pak JO ada acara di Surabaya, dan saya ditugasi meliput oleh Max Margono (MM). Ketika itu semua peserta keluar dari ruangan untuk meninggalkan hotel, menunggu mobil di depan lobi utama Hotel Hilton Surabaya. Saya sempat kebingungan karena Pak JO justru mengajak saya ke parkiran untuk mencari kendaraan yang hendak membawa beliau ke Bandara Juanda untuk kembali ke Jakarta hari itu juga. “Ayo, Mbak, kita ke parkiran mencari mobil yang bawa saya tadi ke mari,” ajak beliau. Dalam hati saya Pak JO benar-benar berbeda dengan yang lain, yakni rendah hati dan tak mau menonjolkan diri.

Berlimpah terima kasih dan selalu bersyukur atas segala yang diajarkan dan ditanamkan oleh Pak JO kepada kami. Semoga nilai-nilai Kompas, yaitu humanis, sederhana, dan selalu rendah hati menjadi kekuatan bagi kami untuk meneruskan peziarahan kami. Selamat jalan, Pak JO, semoga Bapak tenang di sisi Bapa di Surga, dan menjadi pendoa bagi kami yang masih berziarah di bumi ini. (*)