Kompas Gramedia menyelenggarakan konser virtual “Dendang Sejuta Anak” dalam rangka memaknai Hari Anak Nasional. Konser ini merupakan rangkaian dari kegiatan Dendang Kencana, program kepedulian yang mengajak anak-anak seluruh Indonesia mengungkapkan perasaan serta ekspresinya melalui lagu anak.
Tak kurang dari 273 video akan tampil dalam konser ini dan seluruhnya berasal dari anak-anak berbagai wilayah di Nusantara. Mereka membawakan 10 lagu anak pilihan yang merupakan kreasi dari para guru dalam ajang Lomba Cipta Lagu Anak Dendang Kencana pada 2017 lalu. Adapun konser akan ditayangkan secara khusus melalui akun YouTube Dendang Kencana pada 23 Juli 2020.
Ketua Panitia Dendang Kencana Dinartisti menyebutkan bahwa kegiatan ini ditujukan untuk memberikan kegembiraan kepada anak-anak serta menceritakan dunianya melalui lagu-lagu pilihan. “Selain mendengarkan nyanyian yang menggugah hati, konser juga dirajut dengan cerita narasi terkait pengalaman bersekolah daring di masa pandemi Covid-19. Selain keceriaan, di dalamnya terkandung pula pesan kepedulian tentang bagaimana anak-anak dapat berempati kepada kawan serta lingkungan sekitarnya,” ujarnya.
Konser virtual yang terselenggara atas kerja sama Bentara Budaya, Universitas Multimedia Nusantara, Majalah Bobo, Majalah Mombi, Bobo.id, serta Komunitas Dongeng Kukuruyuk ini juga akan menampilkan apresiasi Hari Anak dari para seniman dan tokoh publik, di antaranya: Ade Rai, Chicha Koeswoyo, Dian HP, Endah Laras, Inayah Wahid, Jubing Kristanto, Oppie Andaresta, Ratih Ibrahim, dan Tohpati. Mereka pun menyampaikan pesan dan ungkapan semangatnya agar anak-anak Indonesia tetap bergembira dan berempati kendati dalam kondisi serba berketerbatasan akibat pandemi.
Dendang Kencana Bergaung Lagi
Dendang Kencana berasal dari kata “dendang” yang berarti nyanyian riang dan “kencana” yang berarti emas. Almarhum AT Mahmud, sang pemberi nama Dendang Kencana, bermaksud menyampaikan pesan bahwa ungkapan perasaan yang jujur, senang, dan gembira dimiliki oleh anak-anak yang bersuara emas, melalui nyanyian. Nama ini dijadikan nama program yang dijalankan oleh Kompas Gramedia pada tahun 1990 hingga 1996.
Dendang Kencana awal mulanya digagas oleh Penerbit Grasindo yang pada saat itu menerbitkan buku kumpulan lagu karya almarhum AT Mahmud, Daljono, dan Ibu Sud. Untuk menyebarluaskan lagu anak-anak karya para pendidik, maka diadakan lomba paduan suara tingkat TK dan SD. Dalam perkembangannya, kegiatan ini kemudian menjadi program Kompas Gramedia yang diperuntukkan bagi guru dan siswa TK – SD.
Saat itu animo sekolah yang berpartisipasi cukup banyak, bahkan event ini menjadi satu kerinduan bagi pihak sekolah untuk berlomba mengikuti kompetisi tersebut. Pada penyelenggaraan Dendang Kencana IV, kegiatan dilengkapi dengan workshop musik dan vokal untuk guru TK dan SD sebagai bekal saat mereka melatih kelompok paduan suara di sekolahnya. Dendang Kencana bukan semata ajang lomba melainkan juga memberikan pengetahuan mendasar bagaimana cara bernyanyi yang baik, cara beradaptasi dengan teman satu kelompok, menahan emosi untuk tidak mendominasi suara, dan bagaimana sama-sama belajar menjadikan suara harmoni.
Setelah pelaksanaannya yang terakhir pada tahun 1996, Dendang Kencana kembali hadir pada tahun 2017 dengan berangkat dari keprihatinan atas minimnya lagu-lagu anak saat ini. Kondisi yang berbeda terjadi di tahun 1970 hingga 1990-an di mana kala itu banyak pencipta lagu anak yang terus berkarya hingga akhir hayat mereka, antara lain Pak Daljono, Pak Kasur dan Bu Kasur, Ibu Soed dan Pak AT Mahmud. Tema lagu anak yang mereka buat berasal dari kehidupan di sekitar kita, seperti kebiasaan sehari-hari anak-anak, keindahan alam, orangtua, serta rasa syukur kepada Tuhan.
Sementara kini, anak-anak tidak mendapatkan haknya untuk menikmati keceriaan masa kanak-kanak karena televisi dan radio tidak lagi menayangkan acara lagu anak-anak. Lebih lanjut, Dinartisti menambahkan bahwa kondisi seperti ini juga terjadi di sekolah-sekolah dengan berkurangnya muatan pelajaran seni musik dan vokal. Belum lagi keterbatasan guru seni musik dan vokal yang mengerti betul bidang tersebut dan mempunyai latar belakang yang sesuai. “Program Dendang Kencana digelar untuk mengisi kekosongan tersebut, dan semoga dapat menjadi suatu gerakan bersama untuk kembali mencintai lagu anak Indonesia,” tambahnya. (*)