Sudah sekitar empat bulan sejak April 2020 terjadi perubahan pola bekerja sebagai respons menghadapi pandemi Covid-19 yang berdampak pada berbagai organisasi di penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Kekhawatiran mulai melanda sebagian besar karyawan tentang apa yang harus mereka hadapi berikutnya di masa tatanan hidup baru. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan, termasuk Kompas Gramedia, dituntut untuk memastikan bukan hanya keselamatan, melainkan juga kesejahteraan karyawannya dan kelangsungan organisasi secara bersamaan.
Sebagian unit Kompas Gramedia telah menjalankan skema kombinasi antara Work From Home (WFH) maupun Work From Office (WFO) dengan menerapkan protokol kesehatan untuk meminimalisir risiko penularan Covid-19, mulai dari pengisian formulir risiko terpapar Covid-19, jadwal kerja bergantian, rapat virtual, hingga waktu kerja fleksibel bagi mereka yang diharuskan ke kantor.
Perubahan aspek lain dalam kehidupan kita juga turut terdampak, seperti cara beraktivitas sehari-hari, berelasi satu sama lain, termasuk atmosfer interaksi dengan keluarga di rumah. Hal tersebut dapat dimengerti apabila melihat angka harian pasien yang terinfeksi meningkat secara eksponensial belakangan ini. Secara otomatis, hal tersebut membuat banyak orang masih memilih untuk mengurangi aktivitas ke luar rumah demi mengurangi risiko terpapar atau menjadi pembawa (carrier) virus.
Belum lagi, perasaan gusar melihat rendahnya kedisiplinan masyarakat Indonesia-- khususnya DKI Jakarta sebagai provinsi episentrum--dalam mematuhi protokol kesehatan saat beraktivitas dapat menimbulkan rasa cemas dan stres. Ironisnya, upaya pencegahan Covid-19 dengan berdiam diri dan beraktivitas di rumah saja pun membawa tantangan sendiri. Munculnya perasaan terisolasi serta kesepian karena interaksi sosial langsung dengan orang lain berkurang drastis adalah salah satu di antaranya.
Akumulasi dari berbagai situasi adaptasi perasaan negatif tersebut setelah berbulan-bulan dapat saja memengaruhi kualitas hidup kita. Contohnya, kita bisa merasa kehilangan motivasi, kehilangan tujuan dalam bekerja, atau malah semakin gila bekerja karena ingin merasa produktif tanpa memedulikan mentalitas yang sudah terlalu lelah. Oleh karena itu, lama-kelamaan, istilah Work From Home pun berubah menjadi Working Full Hour, karena banyaknya atasan maupun bawahan yang abai dengan batasan kerja setiap individu.
Ditambah lagi, karyawan yang juga berperan sebagai orangtua harus mendampingi anak bersekolah dari rumah. Cara paling mudah untuk melihat kondisi mental yang sedang menurun (drop) adalah merasakan gejala psikosomatis; yaitu ketika pikiran memengaruhi tubuh sehingga berimbas ke fisik seperti jantung berdebar, mual, panik, muntah, gemetar (tremor), berkeringat terus-menerus, mulut kering, sakit kepala, sakit perut, napas menjadi cepat, dan nyeri otot. Mental yang tangguh (resilient) menghadapi kondisi seperti ini mutlak diperlukan karena tidak ada yang bisa menebak dengan pasti kapan pandemi ini akan berakhir.
Akan tetapi, apakah semua karyawan mampu mengatasi mental yang turun (drop) itu sendirian? Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk membuat kondisi diri kita membaik dalam konteks ini adalah konseling. Konseling adalah proses ketika konselor profesional bersama individu mengeksplorasi kesulitan yang sedang dihadapi, membantu mendapatkan perspektif dari suatu permasalahan dengan lebih objektif, hingga menggali pilihan-pilihan yang dapat ditempuh sesuai kapasitasnya.
Konseling dapat membantu kita lebih fokus dan sadar pada perasaan, pikiran, serta pengalaman yang dialami; dengan tujuan agar individu: 1) dapat menemukan solusi dari dalam diri atas permasalahan yang ada; 2) berpotensi menemukan ketenangan dan kedamaian dibanding kondisi sebelumnya; 3) membangun ketangguhan; dan 4) dapat mengambil langkah relevan untuk menghadapi kondisi yang semakin tidak menentu.
Konseling dapat menjadi alternatif dalam mengatasi berbagai perasaan cemas dan tidak nyaman yang mengganggu aktivitas sehari-hari, ketika upaya-upaya seperti mencurahkan hati kepada keluarga dan orang terdekat, menjalankan hobi (main game, mendengarkan musik, dan lain-lain), atau hasil kunjungan ke tenaga medis tidak lagi ampuh mengatasi fenomena gejala fisik yang dialami individu.
Ketika kita mampu lebih jernih mengidentifikasi sumber kecemasan, ketakutan, atau perasaan negatif lainnya sebagai dampak dari konseling, seyogianya kita lebih mampu untuk mulai menemukan kembali perasaan akan keseimbangan dan kendali diri. Dengan menemukan kembali kendali diri, kita dapat lebih siap beradaptasi sekaligus berdamai dengan kondisi sekarang sekaligus kondisi penuh norma baru di masa depan.
Sebagai bentuk kepedulian kepada karyawan, Kompas Gramedia menyediakan fasilitas konseling ini. Karyawan yang merasa memiliki gejala seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dapat langsung mengisi Google Form berikut ini untuk mendaftarkan diri mengikuti sesi konseling dengan pihak profesional. Setelah mengirimkan informasi pada formulir, akan ada pihak ketiga yang menghubungi Anda untuk menindaklanjuti tanggal dan mekanisme pelaksanaan konseling. Semua data yang diperoleh dari Google Form akan dijaga kerahasiaannya, dalam artian hanya akan digunakan untuk kepentingan konseling saja.