Info KG

Menelisik Tradisi Pembersihan Rumah Kudus Bentara Budaya Jakarta Menggunakan Tembakau dan Cengkeh

DEVIN AIRLANGGA

Corporate Branding Analyst - Dipublikasikan

Bentara Budaya lahir dari kepedulian dan kecintaan Bapak Jakob Oetama dan Bapak P. K. Ojong terhadap budaya Nusantara. Bentara Budaya diresmikan pada 26 September 1982 di Yogyakarta dengan Surya Sengkalan “Manembah Hangesti Songing Budi” yang menjadi motto Bentara Budaya hingga saat ini. Lalu merambah ke Bentara Budaya Jakarta yang diresmikan pada 26 Juni 1986 oleh Bapak Jakob Oetama.

Kompas Gramedia memiliki banyak koleksi ragam budaya seperti lukisan, keramik, dan benda-benda antik. Salah satu hal yang menjadi ikon Bentara Budaya adalah Rumah Kudus yang dulunya dimiliki Haji Ridwan Noor kemudian diboyong ke Jakarta. Semula Rumah Kudus terletak di Kauman, Kudus, Jawa Tengah dan diperkirakan dibangun pada permulaan abad ke-20. Setelah dihuni oleh tiga generasi, muncul kekhawatiran dalam pelestarian dan pemeliharaan rumah ini yang menyebabkan ahli waris menyerahkan Rumah Kudus ke Kompas Gramedia agar dapat dirawat. Kemudian, Rumah Kudus dipindahkan ke Jakarta dan dilengkapi oleh bangunan pendukung yang dirancang oleh arsitek ternama yaitu Romo YB Mangunwijaya. 

“Usaha kita bersama ialah menjadikan Rumah Kudus ini salah satu tempat berolah seni, kreativitas, dan kebudayaan. Mudah-mudahan diperkenankan oleh-Nya.” - Jakob Oetama

Proses pemindahan Rumah Kudus dilakukan dengan sangat hati-hati dan melalui proses yang rumit agar setiap bagiannya tetap terjaga. Rumah Kudus ini awalnya hanya memiliki satu pawon, kemudian agar simetris ditambahkan menjadi dua pawon. Ruangannya terdiri dari Joglo Satru, Pawon, dan Gedongan. Beberapa arsitek menyatakan bahwa arsitektur Rumah Kudus ini merupakan perpaduan ragam budaya dari China, Eropa, dan Jawa. Pembersihan Rumah Kudus harus dilakukan dengan berhati-hati dan menggunakan ramuan khusus dari adonan tembakau dan cengkeh yang konon ampuh melawan rayap dan bubuk kayu.   

Pencucian Rumah Kudus secara turun-temurun dilakukan oleh Mbah Sariyun yang merupakan warga asli Kudus. Ia sudah membersihkan Rumah Kudus sejak masih berlokasi di Kudus dan belum dipindahkan ke Jakarta. Setelah Mbah Sariyun meninggal dunia, tradisi pembersihan Rumah Kudus dilanjutkan oleh sang anak bernama Bapak Mas’ud. Sampai saat ini pembersih Rumah Kudus sudah sampai pada generasi ketiga, yakni Aris. Ia bercerita sudah mulai membantu Mbah Sariyun membersihkan Rumah Kudus sejak tahun 2006.

3101773057

“Awal mulanya dulu kakek saya, Mbah Sariyun sering dimintai tolong oleh tetangga-tetangga untuk membersihkan rumah-rumah joglo di area Masjid Menara Kudus, termasuk rumah ini. Lalu kemudian Mbah saya meninggal dunia dan digantikan oleh bapak saya, Bapak Mas’ud. Terus sekarang saya yang melanjutkan. Saya mulai diajak sama Mbah saya untuk membersihkan Rumah Kudus ini sejak 2006,” cerita Aris.

Karena kualitas kayu yang harus dijaga, bahan pembersih Rumah Kudus ini adalah bahan-bahan pilihan. Bahan utamanya ada tembakau dari berbagai jenis, yaitu tembakau temanggung, tembakau srintil, tembakau wonosobo, dan juga cengkeh kudus. Adonan dibuat dengan merendam tembakau dan cengkeh dalam air selama satu hari satu malam. Bahan ini bermanfaat untuk memperkuat warna asli kayu, sekaligus mencegah kayu dari kerusakan yang disebabkan oleh rayap dan eter-eter.

Selain bahan-bahan khusus, juga terdapat berbagai alat yang digunakan untuk membersihkan Rumah Kudus, seperti sikat ijuk berbentuk bulat, sikat ijuk bergagang kayu, dan sikat yang terbuat dari ijuk yang diikat tanpa gagang. Masing-masing alat ini digunakan sesuai dengan karakteristik permukaan yang dibersihkan. Untuk permukaan yang berupa ukiran, sikat ijuk tanpa gagang bisa mencegah potensi kerusakan kayu. Sikat ijuk bulat dan bergagang kayu digunakan untuk membersihkan bidang datar dari Rumah Kudus.

Rumah Kudus merupakan bentuk ekspresi kecintaan Perintis KG, Bapak Jakob Oetama dan Bapak P. K. Ojong terhadap kebudayaan Indonesia. Rumah Kudus ini semakin menarik setelah menelisik informasi dari Aris, bahwa Rumah Kudus Bentara Budaya Jakarta merupakan salah satu dari empat rumah joglo terbaik yang ada saat ini. Aris juga mengaku bangga dan berterima kasih karena Kompas Gramedia telah menjadikan Rumah Kudus sebagai ikon Bentara Budaya.

Penulis: Devin Airlangga/Corporate Communications KG