Info KG

Review Buku: Filosofi Teras Hidup Bahagia ala Stoa

GODFRIDA WINDA PUTRI NOVIASIH

Corporate Branding Analyst - Dipublikasikan

Pernahkah kamu merasakan khawatir, sering merasa kesal karena hal sepele atau selalu dipenuhi dengan emosi negatif? Sesimpel terjebak dalam kemacetan saat pulang dari kantor, lalu secara sadar merasa kesal karena hal tersebut.

Faktanya adalah ternyata banyak sekali hal-hal yang sebenarnya berada di luar kendali kita seperti, kekayaan, reputasi, mengalami kesialan, dll.

Di dalam buku Filosofi Teras ini akan dibahas tentang bagaimana menyikapi hal-hal tersebut dengan hidup ala stoa untuk hidup yang lebih bahagia dan damai.

Sinopsis

Pada tahun 2017, penulis buku Filsafat Teras didiagnosis oleh seorang psikiater menderita Major Depressive Disorder. Saat berhadapan pada sebuah keadaan, ia selalu negative thinking dan dipenuhi kecemasan. Dikarenakan vonis yang didapat pemilik akun twitter @newsplatter ini akhirnya ia berjuang dari sakitnya, menjalani terapi obat-obatan sehingga membuat moodnya membaik. Kemudian muncul pertanyaan, apakah ia selamanya akan bergantung pada obat?

Selama masa pengobatan berlangsung, ia menemukan buku How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci. Buku tersebut menjelaskan mengenai bagaimana menerapkan filsafat stoa atau stoisisme dalam hidup. Sesudah membaca buku Pigliucci, pikirannya terbuka dan menemukan cara ampuh “terapi tanpa obat”. Ia mempraktikkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Singkat cerita, ia menjadi pribadi yang lebih tenang, damai, dan dapat mengendalikan emosi negatif.

filosofi teras henry manampiring

Dok.Gramedia Digital

Atas hasil yang diperolehnya, Henry Manampiring akhirnya memutuskan untuk berbagi tentang stoisisme yang dalam bahasa Indonesia bermakna filosofi teras melalui buku Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini pada Tahun 2019.

Lalu, Apa Itu Filosofi Teras?

Filosofi Teras merupakan terjemahan bahasa Indonesia dari stoicism, stoic, stoisisme yang merupakan salah satu ilmu filsafat yang dicetus oleh seorang filsuf bernama Zeno di awal abad ke-3 SM. Stoisisme didasarkan pada ide bahwa tujuan hidup adalah hidup selaras dengan alam. Alam itu sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan kosmos, termasuk rekan-rekan kita sesama manusia.

Filosofi teras bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik turunnya kehidupan. Jauh dari filsafat yang terkesan sebagai topik berat dan mengawang-awang, filosofi teras justru mudah dipahami sekalipun untuk orang awam. Meskipun sudah ratusan tahun lamanya filosofi ini ada, namun masih sangat relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.

Review

Di dalam buku ini dibahas secara gamblang dan disertai kasus nyata yang mempermudah pembaca memahami tentang apa itu filosofi teras. Dari sini, dapat diambil dua hal yang menjadi fokus utama yaitu:

Pertama, hidup hendaknya terbebas dari emosi negatif. Caranya adalah dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Maksudnya adalah dari diri kita sendiri, yaitu pertimbangan (judgment), opini, keinginan, tujuan, serta segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.

photo 1604208485423 f19bc2aaae2d

Photo by Usman Yousaf on Unsplash

Kalau hanya terfokus pada hal yang ada di luar kendali kita, maka akan menguras tenaga dan emosi yang sia-sia. Serta akan menimbulkan efek negatif pada fisik dan psikologi kita.

Kedua, hidup hendaknya mengasah kebajikan. Kebajikan yang dimaksud adalah penerimaan atau rasa syukur dalam menjalani hidup dari hal-hal yang tidak bisa dikendalikan. Namun bedakan antara bersyukur dengan pasrah.

Sikap bersyukur bisa membuatmu mengambil pelajaran agar bisa lebih baik lagi di masa mendatang. Sedangkan, sikap pasrah hanya membuatmu langsung menerima setiap kejadian begitu saja, tanpa ada hal yang bisa dipetik dari kejadian-kejadian tersebut.

photo 1577253313708 cab167d2c474

Photo by Omid Armin on Unsplash

Pada setiap bab Filosofi Teras terdapat pelajaran yang diambil, salah satunya yaitu dalam menjalani kehidupan harus selaras dengan alam. Di mana kehidupan berjalan sesuai kehendak pencipta-Nya dan selaras dengan alam itu berarti kita harus mengandalkan akal kita agar tidak terbawa arus yang menyimpang.

Satu hal yang harus kita ingat, jangan terlalu memikirkan hal yang belum terjadi ke depannya, biarkan berjalan sebagaimana mestinya, namun tetap diiringi dengan effort supaya mendapat hasil yang maksimal.

Dari segi isi, beberapa bahasan dan contoh terasa diulang-ulang dan panjang. Membuat beberapa bagian jadi membosankan. Mungkin ini memang metode dari penulis agar Filosofi Teras dapat berhasil diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh para pembaca.

Terlepas dari kekurangannya, buku ini sangat recommended untuk dibaca. Menjalani filosofi ini memang tidak mudah, dibutuhkan latihan mengendalikan emosi negatif, serta berusaha untuk cuek dan ‘bodo amat’ terhadap sesuatu yang berada di luar kendali kita. Maka percayalah, stres berkurang, damai pun datang.

Kamu bisa dapatkan buku ini di toko Gramedia terdekat dan Gramedia Digital ya, selamat membaca Warga KG! Tunggu review buku selanjutnya ya!