Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama beberapa bulan belakangan membuat berbagai industri terdampak, tak terkecuali industri teknologi yang dianggap memiliki ‘daya tahan’ yang cukup kuat karena adanya permintaan yang sangat tinggi saat ini. Salah satu dampak yang paling signifikan terlihat adalah banyaknya perusahaan yang merumahkan, membekukan perekrutan, hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai bentuk efisiensi agar perusahaan dapat bertahan di tengah pandemi. Data dari Kementerian Tenaga Kerja menunjukkan bahwa hingga 27 Mei 2020 saja sudah ada 3,1 juta tenaga kerja yang terkena PHK.
Kemudian, berdasarkan data Ekrut, yang merupakan marketplace pencarian tenaga kerja, lebih dari 50 persen perusahaan teknologi memangkas lowongan yang mereka buka. Tetapi uniknya, menurut data yang sama, lebih dari 50 persen lowongan yang dipertahankan adalah yang terkait dengan Product, Data, dan Engineering. Hal ini disampaikan oleh Chief Product Officer Ekrut Niko Questera dalam webinar Kognisi berjudul “What's Next for Product Development and Tech Engineers?” pada 4 Juni 2020 lalu. Topik pemaparan materi dan diskusi dalam sesi ini berhasil menarik perhatian hampir 120 peserta yang terdiri dari karyawan Kompas Gramedia, masyarakat umum, dan mahasiswa selama satu setengah jam.
Peluang Tech Talent dan Keterampilan
Dalam pemaparan awalnya, Niko merangkum tiga poin menarik dari artikel yang dipublikasikan oleh McKinsey, yang menurutnya dapat membuka kesempatan bagi tech talent dan organisasi untuk tetap berada pada performa puncak selama dan pascapandemi.
Pertama, Digital Transformation yang diperkirakan akan terjadi lebih cepat dan luas, karena kondisi yang terjadi saat ini ‘memaksa’ perusahaan untuk melakukannya lebih awal daripada perkiraan mereka. Kedua, terkait Design Thinking yang semakin lama dianggap semakin penting dan diperkirakan akan menjadi salah satu fokus utama perusahaan dalam menggali ide baru (insight) dan uji coba produk (product testing). Terakhir, pandemi Covid-19 membuat perusahaan diprediksi menjadi lebih inklusif karena dituntut untuk mampu beradaptasi dan memperkuat jalinan kolaborasi.
“Mungkin saat ini udah mulai terlihat (kolaborasi), itu juga salah satu alasan kenapa di awal waktu Ekrut udah mulai terkena efek pandemi ini yang secara major, saya jadinya fokusnya ke kolaborasi,” jelas Niko
Selain itu, Niko juga memaparkan keterampilan yang dibutuhkan oleh tech talent untuk dapat survive selama dan pascapandemi. Menurutnya, peluang masih terbuka lebar bagi mereka yang menguasai bahasa pemrograman Java, JavaScript, dan Python. “Ketiga program ini memang lagi highly demanded di market sekarang,” paparnya.
Soft Skill vs Hard Skill: Mana yang Lebih Penting?
Meskipun begitu, ia menggarisbawahi bahwa soft skill tidak kalah penting dengan hard skill yang dimiliki tech talent. Ia memberikan contoh posisi Product Manager, yang secara garis besar memang harus memiliki kemampuan analisis dan manajemen proyek yang baik, tetapi itu saja belum cukup. Agar dapat ‘stay on top’, para Product Manager perlu memiliki kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang baik.
“Ini berdasarkan data Ekrut juga, orang-orang semakin lama semakin butuh orang yang mempunyai keterampilan kepemimpinan dan komunikasi yang baik. Soalnya kalau komunikasinya aja nggak bener (secara) face-to-face, gimana lewat virtual,” ungkap Niko.
Penjelasan dan materi menarik yang dipaparkan oleh Niko kemudian memantik pertanyaan-pertanyaan yang tak kalah menarik dari peserta. Salah satu peserta mengajukan pertanyaan sekaligus mengelaborasi penjelasan mengenai apakah lebih baik memiliki skill baru yang future-proof atau memperdalam skill yang sudah dikuasai?
“Tergantung dengan skills apa yang dikuasai saat ini, apakah skill yang sekarang sudah dikuasai adalah skill yang masih ada dan menjadi permintaan pasar? Kalau skill-nya sudah ‘tua’ dan permintaan pasar sudah menurun drastis, mungkin alangkah baiknya pelajari skills baru (yang menjadi permintaan pasar). Tapi kalau skill yang kita omongin untuk diperdalam ini adalah skill yang memang masih banyak permintaannya, lebih baik diperdalam,” jawab Niko.
Sebagai penutup, Nico memberikan pesan untuk tetap berpikir positif dalam menghadapi kondisi saat ini dan mulai mencoba melakukan hal yang memiliki nilai lebih serta rajin memperluas jaringan.
Kognisi adalah platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogifriends! Stay safe, and stay sane!
Penulis: Aurina Indah Tiara
Penyunting: Sulyana Andikko