Insight Kognisi

>

Soft Competency

Soft Competency

Berpikir Sistematis dalam Pengambilan Keputusan dan Penyelesaian Masalah

SULYANA ANDIKKO

HR Expertise Specialist - Dipublikasikan

Dalam kehidupan sehari-hari, masalah akan selalu ada. Entah dalam pekerjaan, keluarga, bahkan pertemanan, pasti terdapat berbagai macam masalah yang harus dihadapi. Hal ini menyebabkan banyak orang merasa tidak sanggup dalam menyelesaikannya. Padahal, semua masalah yang dapat dikendalikan pasti bisa dicari solusinya. Maka dari itu, menerapkan kerangka berpikir yang sistematis dalam penyelesaian masalah adalah kunci untuk mencari solusi yang efektif. 

Untuk membantu para pekerja, baik lulusan baru maupun profesional, dalam mengembangkan keterampilan berpikir sistematis, Growth Center by Kompas Gramedia bekerja sama dengan Klob mempersembahkan webinar berjudul System Thinking and Problem Solving pada hari Jumat, 19 Maret 2021 dengan Lead Curriculum Hacktiv8 Adji Pramono sebagai pembawa materi. Pada webinar ini, peserta dijelaskan mengenai kerangka kerja dalam pemecahan masalah yang sering diterapkan oleh para profesional di perusahaan-perusahaan rintisan maupun korporasi. 

Adji mengawali sesinya dengan mengidentifikasi empat tahapan yang perlu dilakukan dalam proses pemecahan masalah, yaitu memberikan konteks pada masalah, menyederhanakan penyebab masalah, menantang solusi yang ada, dan cara mengimplementasi serta menilai. “Kerangka ini selalu saya terapkan selama saya bekerja dan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang saya hadapi selama ini,” jelas Adji yang sudah bekerja di bidang teknologi selama lebih dari sepuluh tahun ini. 

 

Memberikan Konteks pada Masalah

Mencari solusi yang tepat tidak akan berhasil tanpa pemahaman yang jelas mengenai masalah yang dihadapi. Maka dari itu, Adji menguraikan tiga hal yang harus dicari tahu saat dihadapi dengan suatu pernyataan masalah. Pertama, subjek utama dari suatu masalah. Hal ini akan menunjukkan apa yang dijadikan fokus dan landasan dalam pemecahan masalah. Kedua, melihat alasan di balik diangkatnya suatu masalah yang berguna sebagai perbandingan data. Selain itu, dengan mengevaluasi latar belakang masalah tersebut juga mampu memberikan gambaran akan aspek tertentu dari subjek utama yang harus diperbaiki. Ketiga, mencari pembanding masalah. Adji menekankan bahwa setiap masalah muncul karena ada pembandingnya. Maka dari itu, poin ketiga ini dibutuhkan untuk memvalidasi masalah serta solusinya yang nanti akan dirumuskan. 

“Semakin dekat kamu melihat, semakin sedikit yang kamu amati,” kutip Adji dari sebuah film berjudul Now You See Me. Adji menjelaskan bahwa sama seperti saat memecahkan masalah, terlalu fokus pada satu hal akan menghambat kita untuk melihat apa yang ada di sekitarnya. Kita perlu mengambil langkah ke belakang dan mencoba untuk mencari variabel lain yang dapat dilihat secara lebih makro (helicopter view). 

Namun, sekadar memahami belum cukup untuk memberikan konteks pada masalah tersebut. Adji menyatakan satu sifat utama yang harus dipunyai seorang pemecah masalah adalah membuat pemikiran yang tidak biasa dengan menggunakan perspektif baru. Ia menggarisbawahi pentingnya mengumpulkan fakta-fakta dari suatu masalah dengan terus mempertanyakannya. Dengan begitu, masalah-masalah terselubung dan akar-akar permasalahan akan mudah ditemukan. 

 

Menyederhanakan Penyebab Masalah

“Jika kamu tidak tahu cara menyelesaikannya, maka masalah itu terlalu besar,” cetus Adji saat menjelaskan tahap kedua dari pemecahan masalah. Tahap ini dilakukan dengan mengambil akar-akar permasalahan dan memvalidasikan serta menyederhanakannya untuk menentukan mana yang harus diimplementasikan. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah membedakan variabel yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol. Variabel yang dapat dikontrol adalah hal-hal yang bisa dikendalikan dan diubah sesuai dengan keputusan kita. 

Sedangkan variabel yang tidak dapat dikontrol adalah penyebab-penyebab yang berada di luar jangkauan kita sehingga tidak ada yang bisa kita lakukan untuk memengaruhinya. Fokus pada variabel yang dapat dikontrol akan mengerucutkan pandangan untuk memprioritaskan hanya melakukan apa yang memang bisa dilakukan. Hal ini juga akan berdampak pada bagaimana merencanakan mitigasi risikonya di kemudian hari. 

Sebelum menentukan solusi-solusi yang ingin diprioritaskan, alangkah baiknya untuk mempertimbangkan kembali solusi yang ada. Maka dari itu, Adji membagikan cara untuk mendapatkan opsi yang paling baik dan efektif. Pertama, fokus pada satu variabel yang berbeda di antara semua solusi yang ada. Adji menegaskan bahwa pengimplementasian beberapa solusi secara bersamaan menyebabkan ketidakpastian akan masalah dan solusi yang sebenarnya. Kedua, membandingkan usaha dan pengeluaran. “Selalu bandingkan solusi yang membutuhkan usaha yang kecil dan yang besar, serta pengeluaran yang kecil dan yang besar. Ini dikarenakan kita ingin mencari solusi yang paling efisien, yaitu pengeluaran rendah namun pengaruh yang besar,” jelas Adji. 

 

Mengimplementasi dan Menilai Solusi

Menyelesaikan suatu solusi bukanlah akhir dari proses penyelesaian masalah. Solusi itu harus dinilai supaya dapat dikembangkan lagi nantinya. Dalam menentukan indikator kesuksesan dari solusi, Adji memperkenalkan kerangka berpikir kritis yang dapat digunakan, yakni objectives and key results (OKR) yang digunakan oleh tim-tim besar yang memiliki banyak tujuan. Metode ini menyelaraskan nilai-nilai yang diteguhkan oleh suatu perusahaan dengan tujuan yang harus dicapai dengan kolaboratif. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam penyusunan OKR adalah simpel, mempunyai tenggat waktu, dapat didefinisikan secara numerik, target harus dicapai bukan dilampaui, memberikan inspirasi, serta berdasar pada data historis. 

“Hal terakhir yang saya ingin sampaikan adalah jangan takut memulai. Untuk dapat mencapai 100 langkah, itu dimulai dari langkah nomor satu.  Menginisiasi adalah hal yang paling penting,” tutur Adji pada pesan penutup di akhir sesi. Ia menegaskan bahwa bermimpilah setinggi-tingginya. Tetapi ingat bahwa yang paling penting adalah memulai segalanya dari hal kecil. 

 

Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya dapat langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!

 

Penulis: Clara Lourdessa Oryza E. | Editor: Sulyana Andikko | Ilustrator: Elvira Tantri