Info KG

>

dari Kita untuk Kita

dari Kita untuk Kita

Mengenang Kunjungan ke KRI Nanggala-402

AGATHA TRISTANTI

Corporate Branding Analyst - Dipublikasikan

dok. foto: koleksi pribadi Adrianus Darmawan, dua dari kanan

 

Hilangnya kapal selam KRI Nanggala-402 di Selat Bali, Rabu (21/4), dapat perhatian luas dari berbagai pihak. Sementara TNI AL dan unsur pendukungnya terus mencari keberadaannya, sejumlah pertanyaan mengemuka. Bagaimana mungkin alut sista yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk kuat bermanuver di laut, bisa tenggelam dan hilang begitu saja?

Kapal yang mengangkut 53 personel tersebut diberitakan putus kontak tak berapa lama setelah menyelam jelang gladi resik penembakan torpedo. Sejatinya, tak banyak negara punya armada kapal selam. TNI AL telah mengoperasikan kapal selam sejak 1960-an dan baru kali ini kehilangan asetnya. Kapal selam diesel-elektrik Kelas 209/1200 buatan Jerman ini telah bertugas sejak 1979.

Tentang tumpahan minyak di permukaan laut yang diduga merupakan lokasi hilangnya kapal, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono menyebut dua kemungkinan. Pertama, bisa jadi tangki Nanggala retak lalu bahan bakar keluar. Kedua, bahan bakar sengaja dibuang untuk meringankan berat kapal yang tengah kesulitan naik ke permukaan. Tenggelamnya kapal mungkin disebabkan black-out atau mati listrik.

Disebutkan, kedalaman laut di sekitar tumpahan minyak mencapai 700 meter. Menurut catatan penulis, kapal sekelas ini tak mungkin bertahan jika terus tenggelam sampai kedalaman tersebut. Dalam kondisi prima, kapal sekelas ini hanya mampu beroperasi sampai kedalaman 400 meter. Lebih dari itu, dinding kapal akan retak akibat tekanan air yang kian membesar lalu bertahap mengkerut dan pecah ke dalam (istilahnya implode). Video di bawah memberi gambaran tentang proses terjadinya implode, sebagai kebalikan explode.

 

Kejadian serupa pernah dialami kapal selam ARA San Juan milik AL Argentina pada 2017. Kapal ini karam dan baru ditemukan 13 hari setelah dinyatakan hilang pada 15 November, tak jauh dari lepas pantai negara ini. Buasnya alam bawah laut memang jadi tantangan tersendiri bagi awak kapal selam mana pun di dunia.

Tenggelamnya kapal selam nuklir USS Thresher (1963) dan USS Scorpion (1969) milik AL AS serta K-141 Kursk (AL Rusia) ikut membuktikan bahwa kecanggihan pun tidak berarti apa-apa jika sudah berhadapan dengan keperkasaan alam yang dikuasai ikan-ikan ini.

cknvejlzi0mzu0ilauhbvznab kri nanggala 402 c full

Bagi penulis yang pernah membidani buku Kapal Selam, The Silent Killer (2004), black-out terbilang masuk akal. Seluruh manuver di dalam air berikut mesin pendorong kapal sangat tergantung pasokan listrik. Tanpanya, kapal akan terus turun sesuai berat dan gravitasi Bumi. Listrik disuplai dari batere yang dipasang berderet di bawah lantai kapal dan tidak ada sumber lain. Kekuatan batere U-209/1200 antara 2-4 hari, setelah itu harus diisi kembali laiknya stroom aki motor.

Prosesnya sederhana. Kapal harus naik dulu ke permukaan, menjulurkan pipa pengisap udara dan pembuangan gas (snorkel), menghidupkan diesel, lalu mengisi batere tersebut dalam waktu tertentu. Setelah terisi, kapal selanjutnya bisa menyelam kembali.

Dalam kisah-kisah peperangan laut, saat isi batere termasuk isi bahan bakar itulah posisi yang paling rawan, karena pesawat antikapal selam lawan bisa dengan mudah menemukan dan menembaknya. Sebaliknya jika sudah menyelam, tak ada radar yang bisa mendeteksi. Pasalnya, hampir semua spektrum gelombang elektromagnet tak bisa menembus ke dalam laut.

Ikut simulasi penyelaman

KRI Nanggala-402 yang buatan Hawaldswerke-Deutsche Werft (kini TKMS), Jerman ini, diproduksi pertama kali pada 1971. Indonesia membeli dua untuk menggantikan empat kapal terdahulu dari Kelas Whisky buatan Uni Soviet yang sudah tak bisa dioperasikan lagi. Satunya lagi adalah KRI Cakra-401.

Panjang bodi U-209/1200 adalah 60 meter, sementara diameternya 6 meter. Penulis yang pernah diberi kesempatan spesial dari pimpinan TNI AL untuk berkunjung dan ikut simulasi penyelaman KRI Nanggala-402 di Markas Koarmatim, Surabaya, ingat betul jeroan kapal serta tahapan penyelaman yang dipimpin langsung komandan kapal (saat itu) Mayor Laut (P) Yulius Azz Zaenal.

Ruang kemudi ada di bagian tengah, persis di belakang tangga conning tower. Di belakangnya ada deretan katup-katup udara untuk pengaturan turun-naik kapal dan di sebelahnya ada perangkat pengatur kecepatan mesin pendorong. Mesin pendorong terisolasi di ruang paling belakang, sementara paling depan adalah ruang peluncur torpedo.

Kabin kapal sangat sempit dan dinding kapal tak punya jendela yang bisa melihat keluar. Perjalanan kapal selam hanya dipandu sistem navigasi khusus yang merujuk peta laut. Dengan demikian, memang butuh ketahanan mental dari para awak kapal selam tatkala bertugas. Khususnya ketika harus menyelam berhari-hari di dalam laut yang gelap dengan alam yang kerap tak menentu.

Sejarah Perang Dunia telah mencatatkan kapal selam sebagai penghancur kapal permukaan yang paling ditakuti, bahkan sampai saat ini. Dia bisa tiba-tiba muncul dari balik laut tanpa terdeteksi lalu meluncurkan torpedo. Itu sebab sampai saat ini pun keberadaan dan hanggar senjata taktis ini selalu dirahasiakan dan dijaga ketat. Istri, anak, dan keluarga para awak bahkan tak boleh tahu ke mana mereka bertugas.

Adalah Angkatan Laut Jerman dalam Perang Dunia II yang mencetak sejarah kedigdayaan tak terlupakan. Dalam perang akbar ini armada U-boat atau kapal selam mereka mampu menenggelamkan 3.000 kapal perang dan pengangkut logistik pasukan Sekutu. Jumlah yang sangat fantastis. Tak heran jika di awal perang, PM Inggris Winston Churchill menyatakan bahwa satu-satunya musuh yang paling ditakuti hanyalah kapal selam Jerman.

Keunggulan Jerman dalam pembuatan kapal selam tak lepas dari penguasaan iptek dan teknologi. Sebagian dicuri dari Rusia, sementara sisanya diramu sendiri. Kunci ketangguhan kapal selam terletak pada sistem navigasi dan dinding kapal. Dinding terbuat dari metal yang lebih kuat dari baja. Salah satu metal yang diandalkan adalah HY-100, campuran nikel, molybdenum, dan chrome.

HY-100 mampu menahan tekanan air sampai kedalaman ratusan meter. Enjinir pabrik kapal DSME, Korea Selatan, mengungkap, di kedalaman 10 meter, setiap meter persegi dinding akan mengalami tekanan sebesar 10 ton. Di kedalaman 100 meter, naik jadi 100 ton, cukup untuk bikin remuk sebuah mobil. Sementara di kedalaman 500 meter mencapai 500 ton!

Oleh karena dinding kapal terdiri dari susunan tabung HY-100, maka penyambungannya pun tidak boleh menyisakan celah. “Las-lasannya harus sempurna. Batas toleransi eror yang diperbolehkan cuma 0.2 milimeter. Lebih dari itu dinding kapal akan mudah terkoyak ketika menyelam. Tak banyak pabrik kapal yang bisa mengerjakannya,” jelasnya.

cknven3jz0n1f0ilau1e9gnzk kapal selam nanggala 402a full

Diesel-elektrik tetap berjaya

Seiring kemajuan teknologi, sejumlah negara maju berhasil mencangkokkan reaktor nuklir mini ke dalam kapal sebagai pemasok listrik dan penggerak mesin pendorong. Nuklir memungkinkan pasokan listrik yang nyaris tanpa batas sehingga memungkinkan kapal menyelam selama mereka mau. Satu-satunya faktor kemudian yang membatasi waktu penyelaman adalah persediaan makanan untuk awak.

Kesaktian kapal selam nuklir melonjak setelah ke dalam kabin yang jauh lebih besar dari pesawat Boeing Jumbo B-747 itu bisa dimasukan pula puluhan peluncur rudal balistik berkepala nuklir. Dengan keakurasian yang sangat tinggi, monster laut ini tumbuh jadi senjata strategis yang bisa menentukan akhir sebuah perang dan nasib dunia.

Lalu, apakah ini akhir dari era kapal selam diesel-elektrik? Tidak juga. Badannya yang mungil dan ramping tetap membuatnya berjaya khususnya di wilayah perairan dangkal (brown water) seperti Laut Jawa. Dengan suara mesin yang jauh lebih tenang dari mesin uap yang jadi andalan kapal selam nuklir masa kini, kapal selam diesel-elektrik tetap lebih sulit dicari oleh sonar dan detektor akustik mana pun. Dengan kemungilan dan ketenangannya, dia bahkan bisa memangsa kapal selam nuklir.

Maka adalah tepat ketika Panglima TNI memutuskan bangun markas kapal selam baru di wilayah Natuna dan Makassar. Keputusan tersebut setidaknya membuat kapal-kapal perang asing yang kerap berkeliaran di Laut Natuna dan Selat Makassar harus berpikir dua kali untuk melintas di situ. Terlebih setelah TNI AL positif mendatangkan kekuatan baru, yakni tiga kapal selam Kelas Nagapasa (209/1400) buatan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Korsel.

Akhir kata, hormat kami sampaikan kepada para patriot KRI Nanggala-402, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan.

(oleh: Adrianus Darmawan, bergabung di KG tahun 1991. Pernah menjadi Redpel Majalah Angkasa. Pensiun tahun 2017 dan hingga kini bergabung dengan Paguyuban Purnakarya Kompas Gramedia - PPKG)