Bagi penulis yang pernah membidani buku Kapal Selam, The Silent Killer (2004), black-out terbilang masuk akal. Seluruh manuver di dalam air berikut mesin pendorong kapal sangat tergantung pasokan listrik. Tanpanya, kapal akan terus turun sesuai berat dan gravitasi Bumi. Listrik disuplai dari batere yang dipasang berderet di bawah lantai kapal dan tidak ada sumber lain. Kekuatan batere U-209/1200 antara 2-4 hari, setelah itu harus diisi kembali laiknya stroom aki motor.
Prosesnya sederhana. Kapal harus naik dulu ke permukaan, menjulurkan pipa pengisap udara dan pembuangan gas (snorkel), menghidupkan diesel, lalu mengisi batere tersebut dalam waktu tertentu. Setelah terisi, kapal selanjutnya bisa menyelam kembali.
Dalam kisah-kisah peperangan laut, saat isi batere termasuk isi bahan bakar itulah posisi yang paling rawan, karena pesawat antikapal selam lawan bisa dengan mudah menemukan dan menembaknya. Sebaliknya jika sudah menyelam, tak ada radar yang bisa mendeteksi. Pasalnya, hampir semua spektrum gelombang elektromagnet tak bisa menembus ke dalam laut.
Ikut simulasi penyelaman
KRI Nanggala-402 yang buatan Hawaldswerke-Deutsche Werft (kini TKMS), Jerman ini, diproduksi pertama kali pada 1971. Indonesia membeli dua untuk menggantikan empat kapal terdahulu dari Kelas Whisky buatan Uni Soviet yang sudah tak bisa dioperasikan lagi. Satunya lagi adalah KRI Cakra-401.
Panjang bodi U-209/1200 adalah 60 meter, sementara diameternya 6 meter. Penulis yang pernah diberi kesempatan spesial dari pimpinan TNI AL untuk berkunjung dan ikut simulasi penyelaman KRI Nanggala-402 di Markas Koarmatim, Surabaya, ingat betul jeroan kapal serta tahapan penyelaman yang dipimpin langsung komandan kapal (saat itu) Mayor Laut (P) Yulius Azz Zaenal.
Ruang kemudi ada di bagian tengah, persis di belakang tangga conning tower. Di belakangnya ada deretan katup-katup udara untuk pengaturan turun-naik kapal dan di sebelahnya ada perangkat pengatur kecepatan mesin pendorong. Mesin pendorong terisolasi di ruang paling belakang, sementara paling depan adalah ruang peluncur torpedo.
Kabin kapal sangat sempit dan dinding kapal tak punya jendela yang bisa melihat keluar. Perjalanan kapal selam hanya dipandu sistem navigasi khusus yang merujuk peta laut. Dengan demikian, memang butuh ketahanan mental dari para awak kapal selam tatkala bertugas. Khususnya ketika harus menyelam berhari-hari di dalam laut yang gelap dengan alam yang kerap tak menentu.
Sejarah Perang Dunia telah mencatatkan kapal selam sebagai penghancur kapal permukaan yang paling ditakuti, bahkan sampai saat ini. Dia bisa tiba-tiba muncul dari balik laut tanpa terdeteksi lalu meluncurkan torpedo. Itu sebab sampai saat ini pun keberadaan dan hanggar senjata taktis ini selalu dirahasiakan dan dijaga ketat. Istri, anak, dan keluarga para awak bahkan tak boleh tahu ke mana mereka bertugas.
Adalah Angkatan Laut Jerman dalam Perang Dunia II yang mencetak sejarah kedigdayaan tak terlupakan. Dalam perang akbar ini armada U-boat atau kapal selam mereka mampu menenggelamkan 3.000 kapal perang dan pengangkut logistik pasukan Sekutu. Jumlah yang sangat fantastis. Tak heran jika di awal perang, PM Inggris Winston Churchill menyatakan bahwa satu-satunya musuh yang paling ditakuti hanyalah kapal selam Jerman.
Keunggulan Jerman dalam pembuatan kapal selam tak lepas dari penguasaan iptek dan teknologi. Sebagian dicuri dari Rusia, sementara sisanya diramu sendiri. Kunci ketangguhan kapal selam terletak pada sistem navigasi dan dinding kapal. Dinding terbuat dari metal yang lebih kuat dari baja. Salah satu metal yang diandalkan adalah HY-100, campuran nikel, molybdenum, dan chrome.
HY-100 mampu menahan tekanan air sampai kedalaman ratusan meter. Enjinir pabrik kapal DSME, Korea Selatan, mengungkap, di kedalaman 10 meter, setiap meter persegi dinding akan mengalami tekanan sebesar 10 ton. Di kedalaman 100 meter, naik jadi 100 ton, cukup untuk bikin remuk sebuah mobil. Sementara di kedalaman 500 meter mencapai 500 ton!
Oleh karena dinding kapal terdiri dari susunan tabung HY-100, maka penyambungannya pun tidak boleh menyisakan celah. “Las-lasannya harus sempurna. Batas toleransi eror yang diperbolehkan cuma 0.2 milimeter. Lebih dari itu dinding kapal akan mudah terkoyak ketika menyelam. Tak banyak pabrik kapal yang bisa mengerjakannya,” jelasnya.